Wahai mawar
Kuncup mu mengingatkan ku akan manisnya indah wajahmu.
Merekah memancarkan sinar yang berbeda.
Saat ku terjaga kau mengalunkan merdu suara indahmu.
Melayang tanpa batasan yang selalu mengikat dalam duri kepedihan.
Mawarku ...
Jelaskan padaku kapan kau akan kembali meramu pena bersama.
Menjelajah imajinasi bersama dengan kata yang liar.
Coloteh manjamu mengharukan kisah kita.
Mawar akan selalu merindukanmu.
Memecah satu persatu senyuman tak cukup mengalahkan wajahmu.
Menari-menari dalam menggapai impian bersama.
ingatkah kau mawarku.
Kala senja datang kau mengatakan
“ ambilkan bulan yang paling terang untukku agar kau tahu, selalu ku simpan kau di dalam hatiku. ”
Gemintang yang menggantung pada nirwana pun tersenyum gembira.
Dunia seakan merestui kita dalam sebuah ikatan pena.
Menarilah lagi mawarku, akan ku rangkai kata terindah hanya untukmu.
(Wonosobo, 14 Januari 2017)
Komentar
Tulis komentar baru