Merik mentak tak merdesa
Untuk sekedar mengarungi dirgantara.
Karena kuningnya mentilai,
mendahului, mendekati Jingga.
Betapa egois Jingga.
Seakan matahari tak berpengaruh.
Bahkan pelangi di pelupuk mata,
tak ubahnya acuh.
Betapa sombong Jingga.
Seenaknya berkaca pada lautan.
Menarik burung menari di muka.
Hingga tinggal belalak kemegahan.
Begitulah Jingga.
Tak ada pernah lelah mata.
Setiap aku memandangnya.
Selalu terubah suasana.
Semarang, Mei 2014.
Komentar
Tulis komentar baru