Dan aku masih memandangi senja semburat di wajahmu
ketika alunan angin mengantarkan gemuruh gelombang
pada waktu yang membelai impian kanak-kanak kita.
Belum saatnya kau menjadi kenangan,
meski air mata terus merayakan kesedihan,
dan bibirku terus mengunyah kesabaran.
Pada sepi tak bertepi
Pada bongkahan karang, aku memintal doa
Sedangkan angin masih saja memapah rindu
Malam kian sunyi, derit ranjang yang menampung gairah kita,
masih belum tuntaskan ziarah aku pada hatimu
Di sini, namamu fasih aku dzikrikan,
terdengar perlahan di semesta sunyi.
Lalu kita rayakan segala kesedihan dengan pelukan paling erat.
Dan aku masih memandangi senja semburat di wajahmu
ketika alunan angin mengantarkan gemuruh gelombang
pada waktu yang membelai impian kanak-kanak kita.
Belum saatnya kau menjadi kenangan,
meski air mata terus merayakan kesedihan,
dan bibirku terus mengunyah kesabaran.
Pada sepi tak bertepi
Pada bongkahan karang, aku memintal doa
Sedangkan angin masih saja memapah rindu
Malam kian sunyi, derit ranjang yang menampung gairah kita,
masih belum tuntaskan ziarah aku pada hatimu
Di sini, namamu fasih aku dzikrikan,
terdengar perlahan di semesta sunyi.
Lalu kita rayakan segala kesedihan dengan pelukan paling erat.
Komentar
Tulis komentar baru