Serumpun bambu silir mendesir
mengalun nada digerisik dedaunan
merimpang akar-akar tanah-tanah retak
benihnya tumbuh dari debu-debu rahim
Sedari kaki langit bermuara ke ruas senja
tiada memetah hingga larutpun usai
esok yang melintas pecahkan tabir
kusongsong dalam genggaman dosa
Kita adsalah debu
akan melesap terhembus angin
tak akan lenyap dipelupuk hati
bila mendesau dibulir gerimis
Tangis hari pecah dibatu
yang kemarin tak pernah runduk
selalu rengkuh ringkih diatas tamak
lupa menatang dalam sejumput doa
Hari – hari tak pernah mati
hanya semusim gugur diatas lumut
lalu menggemuruh angin menderu
tiada seelok taman firdaus
@rskp, 13092015 Jakarta
Komentar
@rskp
coba akun
@rskp
Tulis komentar baru