Tali disentuh lembut dada kenyal tumpah
Cemara kokoh lalu lunglai rebah indah
Layar merah muda yang mengembang tergulung sudah
Api tanpa asap muncul membakar tiap titik gairah
Tembang belalang nyaring di pohon belimbing
Cacing malas mengelinjang merayap di tanah basah
Gadis manis malam pertama perawan disunting
Jarum detik berdetak sedikutpun saat tak pernag lengah
Semesta bernyanyi bertanya apa peduliku tentang dunia
Aku balik bertanya adakah arti nyanyianku tentang mereka
Biar lautan dikeingkan jadi kering dan bumi jadi rata
Aku hanya tak ingin puisiku kehabisan kata-kata
Berjuta-juta kening disujudkan berjuta do’a diterbangkan
Berjuta puji hanya jadi nyanyi berjuta puja jadi persembahan
Kembali ke dalam dada berubah menjadi benteng keangkuhan
Aku melihat berjuta-juta kebodohan pada kanvas lukisan
Ringkik kuda ringkik keledai ringkik jembalang menyeringai
Jin setan hantu tuyul kuntilanak tersenyum tangan melambai
Tak ada batas jelas bahwa perjalanan telah smpai
Sedikit mata hati sedikit jiwa sadar bahwa kita memang lalai
Cemara meliuk lemah lunglai dada kenyal rebah indah
Puisiku tetap bulat utuh tidak terbelah
Biarlah aku diam sadar kalah
Aku harus mengaku bahwa aku punya segudang gelisah
201704161645 Kotabaru Karawang
Komentar
Tulis komentar baru