Pelungguh ditikam rabun senja ketika para lelaki menawarkan angkara murka. Dari gurat itu
sampun terbaca api syahwat menguar dalam tatapan tak terkendali. Tanjung An diriuhi pikuk
saling ingin membekap nyali mantra-mantra menguasai udara. Pada sejurus lengah, Mandalika,
perempuan Sasak itu seperti buruan di ujung belati. Keingesan menebar luka saat tidak memilih
pada salah satu tambat rengas untuk bergayut. Alangkah nista menjadi perempuan diburu
dalam sayembara kalah menang dendam diperam beranak pinak. Senja di Tanjung An menebar
gelisah waktu menunggu akhir dari sebuah perebutan. Detik tergelincir ke jantung Mandalika
menghentikan napas dan rona pias. Ketulian menyumbat labirin telinga. Mandalika bergelayut
pada benang pelangi senja itu. Ke dalam ia dibenam dan pori-porinya menjelma nyale warna pelangi.
Senja di Tanjung An menyimpan peristiwa itu dalam pekat Babad Gumi Sasak berabad-abad
Komentar
Tulis komentar baru