Murung mengukur mimpi
ketika khayalan terlalu jauh terlempar
hanya sehelai angin bertiup
menjadi penghibur dalam gamang
sekian hari, sekian waktu
memapar diri dalam kubangan
bergerak ke barat, timur, utara dan selatan
tak beranjak, tidak berubah pula
sedetik aku berdiri
seberapa lama kemudian ku berlutut
sampai terkelupas dan melepuh
terkoyak
tiada hijab antara bumi dan tulang
namun
tak sedikitpun aku bergeser
aku tertinggal entah dimana
ketika mataku baru terbuka
lainnya malah lihai bercucur air mata
bahkan berlinang mata air
"mungkin ini sebuah proses"
begitu seorang bijak bertuah
tapi entah proses apa
yang pasti
aku berdiri masih di tempat yang sama
Komentar
Tulis komentar baru