YANG TERLAHIR KEMBALI
Aku mendengar lirih ucapanya menyapa dingin,
Dalam balutan abjad-abjad gaib menebar kedamaian,
Sebagaimana dawai-dawai kecapi tetap sendiri,
Walau mereka bergetar dengan alunan musik yang sama.
Ya...., memang kau ada dalam diriku yang kau bawa,
Aku pun, bertanya;
Kenapa air mata menderita karena tak terlihat parasmu?
Sedemikian lekatnya kah diriku dan dirimu?
Kau berkata;
“Isilah cawanmu dan cawanku
Tapi, jangan kau minum dari cawan yang sama”
Ya! aku mengerti tentang alunan harpa yang tak terjamah,
Apakah aku harus menjadi orang asing bagi musim?
Atau menyendiri dari perarakan kehidupan,
Setelah itu sepasang sayap kematian berkibas,
Dan ibu baru akan melahirkan ku.
Komentar
Tulis komentar baru