Keindahan tanpa sekat tersenyum sinis menatap manis
Cairan mata lukiskan biasan
Warnanya yang putih
Seperti mimpi dalam ketiada tiduran
Engkau datang dari kemustahilan kata-kata
dari tumpukan sampah yang berbau menyengat
dari sudut-sudut kumuh metropolitan yang garang
Kata-katamu tumbuh di dalam hati dan pikiran
terpompakan oleh jantung mengalir ke mata, bibir, dan mulut
jadilah sebuah ucapan darimu, sebuah janji, sebuah pencerahan
terlalu lama terlelap dalam tidur
kini kami berteriak
menumpahkan sesal atas amarah...!!!
pun...ketika diammu
suara kami menerobos ulu hatimu
Wahai penari topeng
menari dan menyanyilah dengan irama suara hatimu
ikuti gendang dan seruling yang berkumandang
tatap wajah-wajah yang ada di sekelilingmu
Bunglon, sang penyamar hati di pohon kekuasaan
pada warna siapa yang berkuasa ia 'kan menyesuaikan warna diri
Siang itu di sisi sebuah jalan arteri kota
Berdiri seorang laki-laki yang penampilannya kumuh, seperti kurang waras
Belalang kadung tekun berdo'a
matanya menatap langit, menatap dedaunan
merayu-rayu awan, memuji hutan dan pepohonan
khawatir kemarau 'kan terus berkepanjangan
apakah hidup itu?
hanya bisa bernafas atau berjalan?
Tanah merintih tanpa ada siuman kembali.
Hijau dirobek marah karena digunduli.
Runcing kaki para raksaksa besi menusuk perut bumi,
Komentar Terbaru