Aku menjadi seperti ini bukan semata-mata ulah mereka
Menjadi rongsokan yang terhempaskan
Menjadi orang yang serupa bayangan rabun
Tersakiti, memikirkan sesuatu yang akan mereka pikirkan
Betapa hidup penuh kepura-puraan
Perkenankan aku berterus terang
Izinkan aku berkata apa adanya
Tentang kepengecutanku
Tentang ketidakmampuanku
Juga tentang rasa yang tak lagi peka
Aku menjadi seperti ini bukan semata-mata karena ulah mereka
Aku ingin mereka bertahan disini
Tapi begitu buruk pilihan-pilihan hidupku
Apakah aku marah..?
Aku punya cukup rasa
Untuk memanjat menara air diselah-selah ketidakmampuanku
Ketika kemarahan kulabuhkan dalam bentuk ciuman
Sesekali aku berjalan lurus kearah pesona
Meskipun aku pernah bejat
Bercengkrama dengan kupu-kupu bergincu
Dengan kondisi mental yang terenggut oleh liku kehidupan
Menjadi puing-puing rongsokan pecandu hawa nafsu
Menjadi potret ledakan sampah
Itulah diriku
Aku menjadi seperti ini bukan semata-mata ulah mereka
Sepertinya disanalah kiranya tempatku
Di pondok kumuh berjendela kelabu
Berbau anyir tiada bertelaga
Di tepi-tepi ledakan tiada akhir
Menetap dalam kepiluan
Terkadang aku kembali sadar
Aku ingin kembali ke pusat yang stabil
Mencari pembebasan tanpa Dunia hitam
Bersimpuh pada pusaran cahaya kalbu
Inilah harapan yang lama kuidam-idamkan
Meski nalar menyatakan, sia-sia
Mungkin ini jalan batinku
Pilihan hidup yang menampakkan sisi kelabu
Tanpa mereka, tanpa hitam dan putih
Pada proses menuju pusat keheningan
Aku menjadi seperti ini bukan Semata-mata karena Ulah Mereka
"Aku menjadi seperti ini bukan Semata-mata karena Ulah Mereka"
- 3000 dibaca
Komentar
Tulis komentar baru