RINDU LENTERA HATI / Ifa Arifin Faqih
Duhai penguasa jiwa yang tak pernah tidur
Untuk rindu yang tak pernah terkubur
Bersemayam di hati bertunas subur
Rimbun setelah berlalu musim gugur
Rindu ini masih untukmu
Meski terkikis gelombang ragu
Meski terhempas badai ambigu
Untuk rindu yang tak pernah mati
Terbias anggunmu seindah pelangi
Menghias syahdu di dinding hati
Untuk rindu yang tak pernah pudar
Menjadi lentera yang selalu bersinar
Hiasilah diri dengan anggun pribadi
Agar rindu tetap hakiki untuk Ilahi Rabbi
Probolinggo, 25 September 2020
ANDAI/ Ifa Arifin Faqih
Andai nyawa adalah pagi
Aku tak akan takut mati
Sebab setelah malam pergi
Pagi akan datang kembali
Andai jiwa adalah mentari
Aku tak akan takut sendiri
Karena sinarnya selalu dinanti
Andai hati adalah embun pagi
Aku tak takut memeluk sepi
Sebab sejuknya memberi arti
Andai nyawa adalah pagi
Jiwa adalah mentari
Hati adalah embun pagi
Dan hidup adalah sebentuk elegi
Probolinggo, 23 September 2020
KERETA SENJA MENGANTARMU PULANG
Akhirnya kau pun pulang
Membawa sejuta kenang
Di kelilingi lirih tangisan
Sebab pilu kau tinggalkan
Kereta senja telah mengusungmu
Aroma kamboja menghias istanamu
Berselimut tanah basah berpayung sendu
Selamat jalan duhai calon penghuni surga
Kami menghantarmu dengan kalimat doa
Semoga husnul khotimah dalam ridha-Nya
Selamat memasuki kehidupan hakiki
Yang pintu-pintunya terbuka untuk ditempati
Sebab ikhlas kaujalani kehidupan fana
Berjuang menahan lara bertaruh nyawa
Probolinggo, 22 September 2020
#selamat_jalan_adikku
PAGI BERPUISI/Ifa Arifin Faqih
Pagi masih kunikmati gigil ketika bulir-bulir embun mulai menebar kesejukan menghapus gundah
Membereskan rindu semalam menghempaskannya dalam pelukan mimpi indah
Pada larik-larik puisi kutitipkan bait aksara langitkan doa
Berharap pagi ini bisa tersenyum secerah sinar surya
Pagi ini kembali ingin kutulis puisi tentang Agung-Mu
Yang menciptakan oksigen menutrisi semesta tiada jemu
Yang menjadikan fajar pagi pesonakan langit biru
Pagi ini aku menikmati gemulainya tarian ilalang
Yang melambai menunggu hujan di savana gersang
Meliuk selaras gemerisiknya serupa nyanyian riang
Pagi berpuisi tanpa elegi meski semalam langit hitam
Bait rindu terangkai indah meski jiwa terasa kelam
Pagi menyapa dalam puji syukur atas nikmat karunia
Menyemai kasih pada semesta menyemat bakti berkarya nyata
Probolinggo, 22 September 2020
KEPADA MALAM AKU BICARA/Ifa Arifin Faqih
Pada malam yang membentangkan kenangan
Telah kusunting sunyi menikahkannya dengan pilu dalam pelukan
Dan esok akan lahir sajak-sajak puisi bertajuk elegi
Memapahnya dalam dekapan tangis memecah sepi
Pada malam yang tenggelamkan lelah jiwa
Ingin kurasa takjub dayamu melupakan luka
Menyembunyikan resah di ranting bahagia
Pada malam yang turunkan peri kebaikan
Di langitmu kugantungkan segala harapan
Saat embun mulai menebar kesejukan menghapus kegundahan
Pada malam ketika rindu mengoyak dada
Menggelitik rasa, jiwa terjerat mengurai kecewa
Bergerilya mencari jawaban atas sebuah tanya
Hanya hening malam mengemas kisah dalam sujud nyata pada-Nya
Probolonggo, 21 September 2020
CALON BIDADARI TAK BERSAYAP/Ifa Arifin Faqih
Tercipta dari tulang rusuk putra ibu
Terjaga nutrisi halal gizi dari air susu
Tumbuh berkembang menjadi rupawan
Kelak di sunting anak perawan
Cantik rupa hati dan jiwa
Harapan, impian para mertua
Sopan bertutur bijak berkata
Bukan tahta atau kasta jadi ukuran
Pribadi solihah tawaduk beriman
Menjadi suluh penerang jalan
Jadilah penyemangat, sebagai kawan
Sebagai pendamping penyempurna iman
Menuju sakinah mawadah warahmah
Mahligai keluarga menjadi berkah
Probolinggo, 20 September 2020
AKU MASIH BERPUISI/Ifa Arifin Faqih
Aku masih di sini meminang sepi
Bersama semilir angin membelai ari
Menunggu rekah senyum yang tak pasti
Menanti cemas harapan secerah mentari
Aku masih di sini memeluk sunyi
Menikmati setiap tetesan embun pagi
Berjuntai manja lalu luruh ke bumi
Aku masih di sini menghidu aroma kopi
Di secangkir kasih yang mulai pergi
Menata hati kembali menggapai hari
Aku masih ingin bersenandung di sini
Merangkai kata-kata menjadi puisi
Walau aksaraku bertajuk elegi
Seperti pagi yang kehilangan mentari
Probolinggo, 20 September 2020
PAGI MENGUAK MIMPI/Ifa Arifin Faqih
Semburat jingga di ufuk timur mulai menebar pesona
Serupa lambaian kasih menyapa semesta
Keperakan melukis cakrawala biru, sempurna
Luar biasa maha karya penguasa jagat raya
Senyum pucuk cemara berhias bening embun
Menanti sang surya mengecup lembar daun
Melambai-lambai bagai liukan penari, anggun
Langkah batin mengitari angan pun harapan
Menjelajah kalbu senandungkan keagungan
Penawar rindu pada sang pemilik kasih, arrahman
Alam mimpi mulai terkuak merambah nyata
Menepis gelisah menyulam kasih asmara
Kidung indah terlantun berirama syahdu
Seiring puja pada sang maha pemilik rindu
Probolinggo, 19 September 2020
JIWA YANG HILANG _Ifa Arifin Faqih
Tak terhitung berapa banyak telah tertumpah tinta
Entah berapa purnama telah kurangkai aksara
Saat terasa usia mulai menjemput senja
Keinginan bisa berkarya tiada jeda
Mungkin kuakhiri saja
Bungkam seribu bahasa
Menepi dari riuhnya gejolak kata
Mungkin kututup saja mata dan telinga
Agar tak kubaca sajak menggoda
Agar tak kudengar bait membelai jiwa
Lelah, sebelah hatiku membujuk
Berontak yang sebelah merajuk
Kepada yang mana aku harus tunduk
Jiwaku yang hilang ragaku merunduk
Probolinggo, 18 September 2020
PAGI DAN SETANGKAI CINTA/Ifa Arifin Faqih
Pagi ini aku masih memelukmu cinta
Dengan setangkai harapan selalu bersama
Hingga senja tiba lalu akhiri langkah
Jangan pernah bosan menjadi yang terindah
Meski selaksa rintangan meminang lara
Daun-daun gugur sebelum masanya
Ranting-ranting kering patah tak tersisa
Lihatlah tunas yang mulai bersemi
Pupuk dengan kasih jangan berhenti
Ranumnya kelak akan kita nikmati
Pagi ini aku masih memelukmu cinta
Dengan rindu yang bergelora di dada
Kusembahkan aroma kasih abadi
Bukti bakti sebagai syukur anugerah Ilahi
Probolinggo, 17 September 2020
REMBULAN BERHIJAB AWAN/Ifa Arifin Faqih
Rembulan tampaknya mulai temaram
Enggan menyapa menimang malam
Kerlip gemintang ikut suram
Aura bumi pun pucat kelam
Harusnya tak berharap purnama
Pada bulan yang mulai gerhana
Atau rembulan pasi hilang cahaya
Biarlah malam menebar kisah
Sendiri menghiba mengayun langkah
Menelusuri sepi menelan resah
Rembulan tak lagi mencumbu malam
Menyusuri sunyi berhijab awan hitam
Hanya berharap angin membelai jelaga
Agar esok rembulan kembali bercahaya
Probolinggo, 17 September 2020
TENANGLAH SERUPA ILIR ANGIN/Ifa Arifin Faqih
Bersabarlah hati
Jangan menangis lagi
Tenanglah jiwa
Jangan ada air mata
Tenggelamkan gundah
Raih cahaya cerah
Larungkan gelisah
Pergilah nelangsa
Redalah kecewa
Redam dalam dada
Biarkan malam memeluk kelam
Seperti rasa yang kian lebam
Biarkan angin membawa kisah
Tentang cerita yang kian terpisah
Probolinggo, 16 September 2020
PAGI MENYINGKAP TIRAI/Ifa Arifin Faqih
Pagi telah menyingkap tirai kelam
Memanggul lelah jiwa yang meradang semalam
Menghempaskannya pada arakan langit berawan
Melebur kesah di semilir angin yang membelai angan
Pagi tak menyisakan pandangan mata kejam
Mengungkungnya, jauhkan dari hati yang hitam
Menyepuh jiwa nan pilu serupa kilau pualam
Pagi menyambut kemenangan dari keputus-asaan
Membawa langkah pada puncak harapan
Menyatu hati dan jiwa pada satu tujuan, kesuksesan
Pagi membuka tabir cakrawala penuhi janji
Mengukir dengan jingganya bagai surgawi
Membawa damai dunia dalam pelukan pinta
Dalam puja bersyukur pada sang Pelukis semesta
Probolinggo, 15 September 2020
TENGGELAM DALAM GENANGAN LUKA
Bila telah kaulewati jalan itu
Katamu berduri dan berliku
Kemudian kautenggelam dalam genangan rasa
Hingga membuatmu sakit, sulit terlepas dari lara
Mengapa kembali kau tempuh lorong hitam
Hingga terperosok ke lembah curam
Kini lukamu parah semakin lebam
Bergelayutlah pada ranting kasih sejati
Yang tak mudah rapuh menggapai janji
Yang setia memeluk jiwa dan hatimu sampai nanti
Jalan yang dulu kau lewati adalah kenangan luka
Menjauh dan jangan dikenang prihal duka
Masih ada suluh menjadi harapan menuju bahagia
Agar gulitamu menjadi cahaya surga menuju Jannah-Nya
Probolinggo, 13 September 2020
, 20 September 2020
CENGKRAMA MATAHARI DAN BUMI_Ifa Arifin Faqih
Duhai bumi, bangunlah dari lena mimpi
Gigil yang menyelimuti telah berlari
Apa kabar di pagi nan cerah ini
Hadirku untuk menggapai suksesi
Rasakan bias sinarku nan hangat
Agar geliat tubuhmu bersemangat
Mari merapat dan berjabat erat
Duhai mentari penyuluh jagat
Kusambut hadirmu penuh nikmat
Untuk melangkah menggapai martabat
Mari jalani hari hingga senja menemui malam
Saat sinarku tak lagi mencumbu awan
Akan kulepas adamu dalam pelukan kelam
Sampai esok kutemui engkau dalam dekapan
Probo;imggo, 13 September 2020
GORESAN YANG ENTAH/Ifa Arifin Faqih
Malam ini mungkin tidak sama seperti malam kemarin
Saat rindu kita selalu terhempas oleh angkuhnya ingin
Selaksa kisah perjalanan kita terpatri di kelopak hari
Sampai saat layu bahkan gugur nanti akan tetap abadi
Memang tak pernah kupuisikan adamu
Sebab namamu telah kusimpan dalam kalbu
Hingga tak akan tersentuh oleh kotornya debu
Maafkan, bila tiada mesra terungkap kata
Bila tiada pesan mengukir indahnya aksara
Karena tentangmu tak bisa dilukis sebagai umpama
Malam ini kugoreskan pena sebagai luahan jiwa
Sekadar kau tahu, tentang janji setia
Mengukir abadi di istana hati tak akan kuingkari
Bertahta janji sejati tersemat ikrar suci
Probolinggo, 11 September 2020
BEREBUT DAUN BAYAM/Ifa Arifin Faqih
Halaman rumah belakang tempat ternak di kandang
Pagi kelayapan sore kembali pulang
Ribut anak-anak ayam dan induk ayam
Berebut makanan dan lembaran daun bayam
Tersenyum, diam-diam jadi pemerhati
Induk mengejar, anak ayam berlari-lari
Makanan saling cabik tiada henti
Mengapa tiada mengalah si induk
Anak ayam marah dan merajuk
Induk asyik tiada mengenal tunduk
Kehidupan nyata saling berebut kuasa
Tak peduli kawan sendiri terluka
Bahkan tak peduli sanak saudara dan keluarga
Yang kuat menang yang kalah nelangsa
Probolinggo , 11 September 2020
ISTIMEWAKAH/Ifa Arifin Faqih
Adakah yang istimewa
Sebuah tanya mencari jawabnya
Bukan tentang misteri bukan teka teki
Bersembunyi di balik elegy
Wanita biasa tiada sempurna
Sederhana jauh dari kata luar biasa
Tak bertahta pun berlimpah harta
Wanita yang tertawa di balik duka
Bercanda membingkai luka
Sebab baginya hidup harus bahagia
Salahkah bila nikmati anugerah
Bersahabat tanpa memilih dan memilah
Wanita biasa yang tak sempurna
Ingin luar biasa dan istimewa di mata dunia
Probolinggo, 10 September 2020
HAMPARAN NIKMAT/Ifa Arifin Faqih
Puing-puing kenangan manis
Perjalanan mengurai tangis
Merajut menuju bahtera
Menyulam menjadi bahagia
Hamparan permadani kita nikmati
Bersyukur atas anugerah Ilahi
Dalam sujud doa puja-puji
Probolinggo, 10 September 2020
KIDUNG RINDU/Ifa Arifin Faqih
Kidung ini kembali kunyanyikan
Untuk melepas selaksa kerinduan
Yang semakin beku dan berkarang
Tersekat waktu dan jarak kian panjang
Kidung ini kembali kusenandungkan
Di sela riuhnya rasa menunggu pasti
Berbisik meski lirih menanti janji
Kidung ini kembali kulantunkan
Meski sumbang tanpa irama membuai hati
Hanya suara jiwa memintal harapan sejati
Duhai jiwa yang meradang sebab rasa
Kembalilah tenang dalam pelukan cinta-Nya
Langitkan bait-bait doa pada sang Pemilik Jiwa
Damailah hati dalam dekapan kasih tiada tara
Probolinggo, 8 September 2020
CINTAKU DI SEMILIR ANGIN/Ifa Arifin Faqih
Pada bentang waktu
Ketika cinta lewati pematang rindu
Duri-duri semak kalbu menusuk bagai sembilu
Berbisik dalam jiwaku lirih merayu
Semilir angin membelai sukma
Mengecup rasa memeluk jiwa
Aku terbuai manja memulung rasa
Angin yang berembus adalah aku
Yang selalu menyapa, mengalir di setiap napasmu
Menjadi buliran kasih di ladang kalbu
Duhai angin pantai yang semilir
Sesejuk desau angin lembah menerpa anyelir
Berombak buih cinta kita abadi
Terjaga rasa dalam dekapan janji terpatri
Probolinggo, 7 September 2020
HANYA JALAN PULANG
Pandanglah langit di batas cakrawala sana
Masih memesona jingga ronanya semerah saga
Meski mentari sebentar lagi tenggelam
Bias senja menapak tak pernah suram
Senyum di lengkung langit tetap mengembang
Menyambut lembut kala petang pulang
Memeluk malam yang datang bertandang
Tak perlu meratapi beringsutnya masa
Waktu terus melaju, berputar seperti roda
Di atas, di bawah kembali lagi ke asalnya
Serupa lambaian bayang menyelinap hilang
Bersembunyi dalam gelap menunggu terang
Masa silam, sekarang dan masa akan datang
Kisah perjalanan hidup menuju jalan pulang
HINGGA AKHIR TAK BERSISA
Sepagi ini rinduku berseteru
Meraung-raung ingin bertemu
Apa yang candu akanmu
Pahitmu membuat kelu
Tebar pesona di gigil pagi
Aromamu membuyarkan ilusi
Ambyar baitku kehilangan imaji
Kukecup bibirmu penuh selera
Kau sambut hangat penuh gelora
Rasamu masih sama, seperti kemarin lusa
Rasa kita bersatu dalam degup mesra
Manisnya lekat meski pahit di ujung cerita
Kita nikmati pagi tanpa kisah luka
Hingga sruputan terakhir tak bersisa
Probolinggo, 5 September 2020
SENJA BERHARAP PELANGI
Senja mulai merangkak perlahan memeluk sudut cakrawala
Pandangan mulai samar ketika bayangmu mulai memudar, sirna
Seperti jingga kehilangan biasnya yang keemasan
Seperti itu rasa ketika sirna harapan sebab ketidakberdayaan
Lalu, ketika sunyi mulai tertidur pada punggung malam
Kutitipkan sepi dalam rajutan rindu pada kelam
Agar rasa tersampaikan lewat lirihnya bait kalam
Masih separuh purnama, rembulan mulai gerhana
Pada langit melukis awan mendung menyelimuti cahaya
Namun gemintang tetap setia menyuluh semesta
Senja, berakhirkah dalam gulana?
Di masanya masih berharap pelangi berwarna
Pada larik-larik puisimu mengharap sebait makna
Makna sejati tentang kukuhnya jiwa mengeja arti kehidupan fana
Probolinggo, 3 September 2020
RINDU BERSEMI
Masih tentang rindu
Setiap saat mengganggu
Senin sampai Minggu
Pagi malam merayu
Rindu tak pernah layu
Rekah bersemi dalam kalbu
Serekah senyum saat merindu
Probolinggo, 1 September 2020
KISAH PERJALANAN HARI
Pada seredet kisah pagi
Hanya namamu bergemuruh dalam sepi
Mengecup rasa rindu yang kukemas di hati
Mungkin hanya setumpuk angan berhalusinasi
Pada siang yang mulai melaju
Akan kusemat lencana kasih
Untuk-Mu ... ya hanya pada-Mu
Saat rindu merajuk temu
Kembali jiwa merasa terpilih
Selaksa gundah menjelma syahdu
Pada puncak hari menuju senja
Lambaian bayang menyelinap hilang
Indah rona jingga nan memesona
Senandungkan lirih nyanyian petang
Probolinggo
, 31 Agustus 2020
SENJA MENYAPA
Ifa Arifin Faqih
Langkah mulai lunglai
Jemari tiada gemulai
Wajah mulai berkerut
Tangan mulai keriput
Tanda senja mulai menyapa
Usia tak lagi muda
Siapkah bekal kelak menghadap-Nya
Probolinggo, 31 Agustus 2020
PAGI INI TANPA PUISI
Pagi ini kubiarkan rindu mengembara di antara megamega
Mencari ketenangan jiwa yang kemarin gulana
Bolehkah rinduku singgah di belantara sepimu
Sekedar menyapa menjalin rasa jiwa nan merindu
Pagi ini tiada puisi menghias kanvas biru
Elegi mendung masih bergelayut mengabu
Alam mimpi berhias pelangi hanyalah semu
Pagi ini secangkir kopi terhidang di meja
Pahit manisnya lekat terasa menggoda
Searoma perjalanan menuju singgasana
Pagi ini luar biasa istimewa
Berteman kopi tanpa puisi cinta
Hanya sebias rindu mengkoyak dada
Menggelitik jiwa yang dahaga seucap sapa
Probolinggo, 30 Agustus 2020
KIDUNG FAJAR
Ifa Arifin Faqih
Indahnya jingga saat fajar menjemput mentari
Di ufuk timur menghiasi cakrawala pagi
Melukis pesona dan kedamaian di hati
Tiada lepas menatap mesra karunia Ilahi
Lambaian fajar meninggalkan bernas hati
Seranum kuncup mengecup rekah sari
Dalam kebaikan memancar kasih nan asri
Kidung fajar menggelitik lirih serupa doa
Seirama rapalkan mantra-mantra cinta
Bersenandung puja pada sang Pencipta
Kidung fajar adalah ritme penghantar hari
Menghias pagi menyapa gersangnya hati
Bersyukur tak henti mengalir bagai air pantai
Semesra semesta lantunkan nyanyian damai
Probolinggo, 29 Agustus 2020
INI PUISIKU
Ini puisi jiwaku
Jangan usik kawan
Jangan lukai puisiku
Damai tiada melawan
Ini puisi tentang perjalanan
Tentang hidup dan kedamaian
Tentang syukur nikmat Tuhan
Probolinggo, 29 Agustus 2020
MELANGKAH DI ATAS PASIR
Engkau yang tahu tentang apa itu racun apa itu madu
Engkau juga yang bercerita tentang duniawi yang penuh nafsu
Engkau berfatwa berupa makna tentang surga dan neraka
Dan engkau juga berkisah tentang pahala dan dosa
Engkau geram melihat mereka yang sengaja berdusta
Tak suka kepada bahagia terlalu menghamba
Kau meneriakkan ketidakadilan sang punggawa
Sungguh amat tragis sungguh sangat miris
Amar makruf nahi mungkar tak digubris
Betapa semua membuat hati teriris menangis
Bercermin janganlah pada kaca retak
Agar semua kata yang tertata tetap penuh bijak
Pastikan melangkah pada bumi tempat berpijak
Bukan di pasir pantai yang lebur terhempas ombak
Probolinggo, 28 Agustus 2020
TELAH KULEWATI
Ifa Arifin Faqih
Tapak-tapak berduri serupa candu terlewati tanpa koma
Belukar jadi saksi perjalanan menuju puncak sukses hingga nyata
Jalanan berdebu adalah kidung selalu menemani
Terik mentari memeluk raga menguliti jiwa saban hari
Jika berkisah tentang luka aku lebih terluka
Jika bercerita tentang duka aku lebih berduka
Jika bicara tentang derita aku lebih merasa
Biarkan angin menerpa dedaunan hingga embun pagi luruh
Biarkan malam menggulung sepi, hingga sajadah mengayun keluh
Biarkan hari menimang sendu hingga banjir peluh
Pada saatnya puncak akan diraih seiring waktu beralih
Berlari tak'kan gunung dikejar, namun jangan berdalih
Bahwa semua adalah takdir Tuhan
Pastikan ikhtiar dan doa untuk menggapai kesuksesan
Probolinggo, 25 Agustus 2020
PUNCAK SEPI
Pagi berlari menuju
Siang diam menunggu
Senja sabar merayu
Malam hening bercumbu
Waktu berlari menantang hari
Menuju puncak malam sepi
Sendiri akhir musim menepi
Probolinggo
24 Agustus 2020
KETIKA LAHIR SAJAK-SAJAK
Ketika lahir kata-kata
Kupapah bait-bait bermakna
Kusejajarkan barisan cita
Berlari menuju sempurna
Ketika lahir puisi-puisi
Kuayun mencari arti
Menimang keindahan sejati
Ketika lahir sajak-sajak
Kupanggul di atas pundak
Kujajakan syair-syair bijak
Lahirlah kata menjadi puisi
Menjadi sajak, menjadi syair
Ukirlah dengan kata penuh arti
Sampai puisi-puisi bermakna kembali lahir
AKU MASIH BERPUISI/Ifa Arifin Faqih
Aku masih di sini meminang sepi
Bersama semilir angin membelai ari
Menunggu rekah senyum yang tak pasti
Menanti cemas harapan secerah mentari
Aku masih di sini memeluk sunyi
Menikmati setiap tetesan embun pagi
Berjuntai manja lalu luruh ke bumi
Aku masih di sini menghidu aroma kopi
Di secangkir kasih yang mulai pergi
Menata hati kembali menggapai hari
Aku masih ingin bersenandung di sini
Merangkai kata-kata menjadi puisi
Walau aksaraku bertajuk elegi
Seperti pagi yang kehilangan mentari
Probolinggo, 20 September 2020
PAGI MENGUAK MIMPI/Ifa Arifin Faqih
Semburat jingga di ufuk timur mulai menebar pesona
Serupa lambaian kasih menyapa semesta
Keperakan melukis cakrawala biru, sempurna
Luar biasa maha karya penguasa jagat raya
Senyum pucuk cemara berhias bening embun
Menanti sang surya mengecup lembar daun
Melambai-lambai bagai liukan penari, anggun
Langkah batin mengitari angan pun harapan
Menjelajah kalbu senandungkan keagungan
Penawar rindu pada sang pemilik kasih, arrahman
Alam mimpi mulai terkuak merambah nyata
Menepis gelisah menyulam kasih asmara
Kidung indah terlantun berirama syahdu
Seiring puja pada sang maha pemilik rindu
Probolinggo, 19 September 2020
JIWA YANG HILANG _Ifa Arifin Faqih
Tak terhitung berapa banyak telah tertumpah tinta
Entah berapa purnama telah kurangkai aksara
Saat terasa usia mulai menjemput senja
Keinginan bisa berkarya tiada jeda
Mungkin kuakhiri saja
Bungkam seribu bahasa
Menepi dari riuhnya gejolak kata
Mungkin kututup saja mata dan telinga
Agar tak kubaca sajak menggoda
Agar tak kudengar bait membelai jiwa
Lelah, sebelah hatiku membujuk
Berontak yang sebelah merajuk
Kepada yang mana aku harus tunduk
Jiwaku yang hilang ragaku merunduk
Probolinggo, 18 September 2020
PAGI DAN SETANGKAI CINTA/Ifa Arifin Faqih
Pagi ini aku masih memelukmu cinta
Dengan setangkai harapan selalu bersama
Hingga senja tiba lalu akhiri langkah
Jangan pernah bosan menjadi yang terindah
Meski selaksa rintangan meminang lara
Daun-daun gugur sebelum masanya
Ranting-ranting kering patah tak tersisa
Lihatlah tunas yang mulai bersemi
Pupuk dengan kasih jangan berhenti
Ranumnya kelak akan kita nikmati
Pagi ini aku masih memelukmu cinta
Dengan rindu yang bergelora di dada
Kusembahkan aroma kasih abadi
Bukti bakti sebagai syukur anugerah Ilahi
Probolinggo, 17 September 2020
REMBULAN BERHIJAB AWAN/Ifa Arifin Faqih
Rembulan tampaknya mulai temaram
Enggan menyapa menimang malam
Kerlip gemintang ikut suram
Aura bumi pun pucat kelam
Harusnya tak berharap purnama
Pada bulan yang mulai gerhana
Atau rembulan pasi hilang cahaya
Biarlah malam menebar kisah
Sendiri menghiba mengayun langkah
Menelusuri sepi menelan resah
Rembulan tak lagi mencumbu malam
Menyusuri sunyi berhijab awan hitam
Hanya berharap angin membelai jelaga
Agar esok rembulan kembali bercahaya
Probolinggo, 17 September 2020
TENANGLAH SERUPA ILIR ANGIN/Ifa Arifin Faqih
Bersabarlah hati
Jangan menangis lagi
Tenanglah jiwa
Jangan ada air mata
Tenggelamkan gundah
Raih cahaya cerah
Larungkan gelisah
Pergilah nelangsa
Redalah kecewa
Redam dalam dada
Biarkan malam memeluk kelam
Seperti rasa yang kian lebam
Biarkan angin membawa kisah
Tentang cerita yang kian terpisah
Probolinggo, 16 September 2020
PAGI MENYINGKAP TIRAI/Ifa Arifin Faqih
Pagi telah menyingkap tirai kelam
Memanggul lelah jiwa yang meradang semalam
Menghempaskannya pada arakan langit berawan
Melebur kesah di semilir angin yang membelai angan
Pagi tak menyisakan pandangan mata kejam
Mengungkungnya, jauhkan dari hati yang hitam
Menyepuh jiwa nan pilu serupa kilau pualam
Pagi menyambut kemenangan dari keputus-asaan
Membawa langkah pada puncak harapan
Menyatu hati dan jiwa pada satu tujuan, kesuksesan
Pagi membuka tabir cakrawala penuhi janji
Mengukir dengan jingganya bagai surgawi
Membawa damai dunia dalam pelukan pinta
Dalam puja bersyukur pada sang Pelukis semesta
Probolinggo, 15 September 2020
TENGGELAM DALAM GENANGAN LUKA
Bila telah kaulewati jalan itu
Katamu berduri dan berliku
Kemudian kautenggelam dalam genangan rasa
Hingga membuatmu sakit, sulit terlepas dari lara
Mengapa kembali kau tempuh lorong hitam
Hingga terperosok ke lembah curam
Kini lukamu parah semakin lebam
Bergelayutlah pada ranting kasih sejati
Yang tak mudah rapuh menggapai janji
Yang setia memeluk jiwa dan hatimu sampai nanti
Jalan yang dulu kau lewati adalah kenangan luka
Menjauh dan jangan dikenang prihal duka
Masih ada suluh menjadi harapan menuju bahagia
Agar gulitamu menjadi cahaya surga menuju Jannah-Nya
Probolinggo, 13 September 2020
, 20 September 2020
CENGKRAMA MATAHARI DAN BUMI_Ifa Arifin Faqih
Duhai bumi, bangunlah dari lena mimpi
Gigil yang menyelimuti telah berlari
Apa kabar di pagi nan cerah ini
Hadirku untuk menggapai suksesi
Rasakan bias sinarku nan hangat
Agar geliat tubuhmu bersemangat
Mari merapat dan berjabat erat
Duhai mentari penyuluh jagat
Kusambut hadirmu penuh nikmat
Untuk melangkah menggapai martabat
Mari jalani hari hingga senja menemui malam
Saat sinarku tak lagi mencumbu awan
Akan kulepas adamu dalam pelukan kelam
Sampai esok kutemui engkau dalam dekapan
Probo;imggo, 13 September 2020
GORESAN YANG ENTAH/Ifa Arifin Faqih
Malam ini mungkin tidak sama seperti malam kemarin
Saat rindu kita selalu terhempas oleh angkuhnya ingin
Selaksa kisah perjalanan kita terpatri di kelopak hari
Sampai saat layu bahkan gugur nanti akan tetap abadi
Memang tak pernah kupuisikan adamu
Sebab namamu telah kusimpan dalam kalbu
Hingga tak akan tersentuh oleh kotornya debu
Maafkan, bila tiada mesra terungkap kata
Bila tiada pesan mengukir indahnya aksara
Karena tentangmu tak bisa dilukis sebagai umpama
Malam ini kugoreskan pena sebagai luahan jiwa
Sekadar kau tahu, tentang janji setia
Mengukir abadi di istana hati tak akan kuingkari
Bertahta janji sejati tersemat ikrar suci
Probolinggo, 11 September 2020
BEREBUT DAUN BAYAM/Ifa Arifin Faqih
Halaman rumah belakang tempat ternak di kandang
Pagi kelayapan sore kembali pulang
Ribut anak-anak ayam dan induk ayam
Berebut makanan dan lembaran daun bayam
Tersenyum, diam-diam jadi pemerhati
Induk mengejar, anak ayam berlari-lari
Makanan saling cabik tiada henti
Mengapa tiada mengalah si induk
Anak ayam marah dan merajuk
Induk asyik tiada mengenal tunduk
Kehidupan nyata saling berebut kuasa
Tak peduli kawan sendiri terluka
Bahkan tak peduli sanak saudara dan keluarga
Yang kuat menang yang kalah nelangsa
Probolinggo , 11 September 2020
ISTIMEWAKAH/Ifa Arifin Faqih
Adakah yang istimewa
Sebuah tanya mencari jawabnya
Bukan tentang misteri bukan teka teki
Bersembunyi di balik elegy
Wanita biasa tiada sempurna
Sederhana jauh dari kata luar biasa
Tak bertahta pun berlimpah harta
Wanita yang tertawa di balik duka
Bercanda membingkai luka
Sebab baginya hidup harus bahagia
Salahkah bila nikmati anugerah
Bersahabat tanpa memilih dan memilah
Wanita biasa yang tak sempurna
Ingin luar biasa dan istimewa di mata dunia
Probolinggo, 10 September 2020
HAMPARAN NIKMAT/Ifa Arifin Faqih
Puing-puing kenangan manis
Perjalanan mengurai tangis
Merajut menuju bahtera
Menyulam menjadi bahagia
Hamparan permadani kita nikmati
Bersyukur atas anugerah Ilahi
Dalam sujud doa puja-puji
Probolinggo, 10 September 2020
KIDUNG RINDU/Ifa Arifin Faqih
Kidung ini kembali kunyanyikan
Untuk melepas selaksa kerinduan
Yang semakin beku dan berkarang
Tersekat waktu dan jarak kian panjang
Kidung ini kembali kusenandungkan
Di sela riuhnya rasa menunggu pasti
Berbisik meski lirih menanti janji
Kidung ini kembali kulantunkan
Meski sumbang tanpa irama membuai hati
Hanya suara jiwa memintal harapan sejati
Duhai jiwa yang meradang sebab rasa
Kembalilah tenang dalam pelukan cinta-Nya
Langitkan bait-bait doa pada sang Pemilik Jiwa
Damailah hati dalam dekapan kasih tiada tara
Probolinggo, 8 September 2020
CINTAKU DI SEMILIR ANGIN/Ifa Arifin Faqih
Pada bentang waktu
Ketika cinta lewati pematang rindu
Duri-duri semak kalbu menusuk bagai sembilu
Berbisik dalam jiwaku lirih merayu
Semilir angin membelai sukma
Mengecup rasa memeluk jiwa
Aku terbuai manja memulung rasa
Angin yang berembus adalah aku
Yang selalu menyapa, mengalir di setiap napasmu
Menjadi buliran kasih di ladang kalbu
Duhai angin pantai yang semilir
Sesejuk desau angin lembah menerpa anyelir
Berombak buih cinta kita abadi
Terjaga rasa dalam dekapan janji terpatri
Probolinggo, 7 September 2020
HANYA JALAN PULANG
Pandanglah langit di batas cakrawala sana
Masih memesona jingga ronanya semerah saga
Meski mentari sebentar lagi tenggelam
Bias senja menapak tak pernah suram
Senyum di lengkung langit tetap mengembang
Menyambut lembut kala petang pulang
Memeluk malam yang datang bertandang
Tak perlu meratapi beringsutnya masa
Waktu terus melaju, berputar seperti roda
Di atas, di bawah kembali lagi ke asalnya
Serupa lambaian bayang menyelinap hilang
Bersembunyi dalam gelap menunggu terang
Masa silam, sekarang dan masa akan datang
Kisah perjalanan hidup menuju jalan pulang
HINGGA AKHIR TAK BERSISA
Sepagi ini rinduku berseteru
Meraung-raung ingin bertemu
Apa yang candu akanmu
Pahitmu membuat kelu
Tebar pesona di gigil pagi
Aromamu membuyarkan ilusi
Ambyar baitku kehilangan imaji
Kukecup bibirmu penuh selera
Kau sambut hangat penuh gelora
Rasamu masih sama, seperti kemarin lusa
Rasa kita bersatu dalam degup mesra
Manisnya lekat meski pahit di ujung cerita
Kita nikmati pagi tanpa kisah luka
Hingga sruputan terakhir tak bersisa
Probolinggo, 5 September 2020
SENJA BERHARAP PELANGI
Senja mulai merangkak perlahan memeluk sudut cakrawala
Pandangan mulai samar ketika bayangmu mulai memudar, sirna
Seperti jingga kehilangan biasnya yang keemasan
Seperti itu rasa ketika sirna harapan sebab ketidakberdayaan
Lalu, ketika sunyi mulai tertidur pada punggung malam
Kutitipkan sepi dalam rajutan rindu pada kelam
Agar rasa tersampaikan lewat lirihnya bait kalam
Masih separuh purnama, rembulan mulai gerhana
Pada langit melukis awan mendung menyelimuti cahaya
Namun gemintang tetap setia menyuluh semesta
Senja, berakhirkah dalam gulana?
Di masanya masih berharap pelangi berwarna
Pada larik-larik puisimu mengharap sebait makna
Makna sejati tentang kukuhnya jiwa mengeja arti kehidupan fana
Probolinggo, 3 September 2020
RINDU BERSEMI
Masih tentang rindu
Setiap saat mengganggu
Senin sampai Minggu
Pagi malam merayu
Rindu tak pernah layu
Rekah bersemi dalam kalbu
Serekah senyum saat merindu
Probolinggo, 1 September 2020
SENJA MENYAPA
Ifa Arifin Faqih
Langkah mulai lunglai
Jemari tiada gemulai
Wajah mulai berkerut
Tangan mulai keriput
Tanda senja mulai menyapa
Usia tak lagi muda
Siapkah bekal kelak menghadap-Nya
Probolinggo, 31 Agustus 2020
PAGI INI TANPA PUISI
Pagi ini kubiarkan rindu mengembara di antara megamega
Mencari ketenangan jiwa yang kemarin gulana
Bolehkah rinduku singgah di belantara sepimu
Sekedar menyapa menjalin rasa jiwa nan merindu
Pagi ini tiada puisi menghias kanvas biru
Elegi mendung masih bergelayut mengabu
Alam mimpi berhias pelangi hanyalah semu
Pagi ini secangkir kopi terhidang di meja
Pahit manisnya lekat terasa menggoda
Searoma perjalanan menuju singgasana
Pagi ini luar biasa istimewa
Berteman kopi tanpa puisi cinta
Hanya sebias rindu mengkoyak dada
Menggelitik jiwa yang dahaga seucap sapa
Probolinggo, 30 Agustus 2020
Ifa Arifin Faqih
Indahnya jingga saat fajar menjemput mentari
Di ufuk timur menghiasi cakrawala pagi
Melukis pesona dan kedamaian di hati
Tiada lepas menatap mesra karunia Ilahi
Lambaian fajar meninggalkan bernas hati
Seranum kuncup mengecup rekah sari
Dalam kebaikan memancar kasih nan asri
Kidung fajar menggelitik lirih serupa doa
Seirama rapalkan mantra-mantra cinta
Bersenandung puja pada sang Pencipta
Kidung fajar adalah ritme penghantar hari
Menghias pagi menyapa gersangnya hati
Bersyukur tak henti mengalir bagai air pantai
Semesra semesta lantunkan nyanyian damai
Probolinggo, 29 Agustus 2020
TELAH KULEWATI
Ifa Arifin Faqih
Belukar jadi saksi perjalanan menuju puncak sukses hingga nyata
Jika bercerita tentang duka aku lebih berduka
Biarkan malam menggulung sepi, hingga sajadah mengayun keluh
Pada saatnya puncak akan diraih seiring waktu beralih
KETIKA LAHIR SAJAK-SAJAK
Ketika lahir kata-kata
Kupapah bait-bait bermakna
Kusejajarkan barisan cita
Berlari menuju sempurna
Ketika lahir puisi-puisi
Kuayun mencari arti
Menimang keindahan sejati
Ketika lahir sajak-sajak
Kupanggul di atas pundak
Kujajakan syair-syair bijak
Lahirlah kata menjadi puisi
Menjadi sajak, menjadi syair
Ukirlah dengan kata penuh arti
Sampai puisi-puisi bermakna kembali lahir
PESAN UNTUKMU
Telah kuhias rumah ini seindah istana
Dengan senyum selalu merangkul manja
Sebab setiap tangismu adalah luka
Pun demikian dengan tawamu adalah bahagia
Adakah sapa tiada berbalas, hingga membuatmu terlepas
Bila merasa begitu, tiadakah maaf membias
Agar rasa bersinar, cahaya kebaikan memancar
Mari ... rengkuh lengan ibu jangan dilepas
Kita akan melangkah sampai titik batas
Sampai tujuan membuat namamu besar
Jangan mengeja luka masa lalu
Sebab esok kisah terang sudah menunggu
Bentangkan harapan raih masa depan
Jauhkan dendam semai kebaikan
KATA BERMAKNA
Kumpulan kata serapah
Terbuang serupa sampah
Punguti hingga sempurna
Rangkai menjadi permata
Kata adalah pintalan doa
Wakili jiwa luapan rasa
Luahkan aksara jadi bermakna
Probolinggo, 19 agustus 2020
SEMERAH DARAH SEPUTIH CINTA
Berkibar merah putih sang saka
Menghias langit melukis cakrawala
Tiupan angin menerpa indah
Tetap cantik meliuk tanpa lelah
Merah putih warisan leluhur kita
Perjuangan air mata dan tetesan darah
Satu persatu pahlawan gugur di medan laga
Merah putih abadi menghias nusantara
Putih tetap putih, merah tetap merah
Tak akan terganti lain warna
Merah putih lambang sejati
Semerah darah lambang berani
Seputih cinta lambang suci
Cinta akan negeri, bumi pertiwi
Probolinggo, 17 Agustus 2020
ANTARA KITA
Ifa Arifin Faqih
Setiap pribadi memiliki talenta
Masing-masing beda dengan lainnya
Kemudian bersama satukan cita rasa
Hingga perjalanan menjadi sempurna
Seiring waktu berbeda pendapat
Satu sama lain saling berdebat
Untuk mendapat kata mufakat
Terbentuklah pribadi-pribadi hebat
Saling mengikat tanpa menghujat
Dalam jalinan erat sebagai sahabat
Sungguh tiada sempurna di antara kita
Jabat erat terjaga hidup jadi bermakna
Saling melengkapi, saling menghargai
Setiap salah khilaf saling menyadari
Probolinggo, 16 Agustus 2020
RINAI RINDU
Rinai hujan menyapa ranting-ranting rindu
Memeluk dedaunan dan kelopak puspa
Saat dentingnya berhenti dari laju
Bulir bergelantungan sejukkan jiwa
Sapa lembut membelai sukma
Mengabadikan indah nan pesona
Agar damai kasih tercipta
Sosok diam penuh makna
Nikmati anugerah sang Maha
Berzikir lantunkan bait doa
Rinai semalam sisakan gigil hati
Meminang rindu tiada henti
Duhai kekasih pemilik kasih sejati
Peluk jiwaku agar rinduku abadi
Probolinggo, 15 Agustus 2020
DEMI KESAYANGAN
Pantang menjerit menangis
Senyum jangan meringis
Selaksa perih tangkis
Pelipur membungkus manis
Kacang minuman permen dijajakan
Dipanggul bahu peluh bercucuran
Demi sebotol susu kesayangan
Probolinggo, 12 Agustus 2020
WAKTU ADALAH KISAH
Ifa Arifin Faqih
Pagi adalah kata
Ketika bulir embun mengecup mesra
Di sulam dengan senyum sang surya
Menjadi puisi melukis semesta
Perjalanan adalah kalimat
Bertajuk ikhlas atas nikmat
Meniti hidup, syukur sebagai azimat
Suka duka adalah pena
Tertuang menjadi warna
Menghias kehidupan fana
Waktu adalah kisah
Sepanjang pagi siang dan petang
Hingga malam kembali rebah
Sampai tiba saatnya berpulang
Probolinggo, 10 Agustus 2020
SEBELUM SIANG DAN MALAM PERGI
Bila hanya malam dianggap sahabat
Sebab pada sunyinya rebah segala penat
Serahkan kesah pada sang pemilik nikmat
Sampai tiba waktunya mata untuk istirahat
Bagaimana dengan siang sebagai teman
Di teriknya melangkah jalani kehidupan
Menyemai segala tujuan dan harapan
Dua masa bergantian selalu teratur
Tiada henti mengalir jalankan alur
Ikuti kehendak sang maha pengatur
Siang dan malam saling bergandengan
Melaju jalankan tugas dan kewajiban
Selagi masih bisa menikmati kehidupan
Gunakan waktu untuk kebaikan sebelum ditinggalkan
Probolinggo, 01 Juni 2020
LIRIKNYA INSPIRASI HIDUPKU
Ifa Arifin Faqih
Tembang rindu yang selalu merdu kausenandungkan
Hanya bisa dikenang sebagai tanda masih ada rasa di angan
Entah kapan akan kau senandungkan lagi seperti dahulu
Harapan tak pernah sirna meski waktu merangkak berlalu
Ketika malam kembali menemui pagi
Dan matahari berlari menuju senja pasti
Tetap kujaga setia di antara waktu yang silih berganti
Katakan satu hal saja bahwa kenangan itu masih mengukir
Menari indah dalam damai dan tenangnya pikir
Sebab satu jiwa dan satu rasa kita tak akan pernah berakhir
Duhai engkau penyemangat hidupku
Meski nada kita tak syahdu seperti dulu
Liriknya masih menjadi inspirasi
Beriring dalam satu hati abadi
Probolinggo, 25 Juli 2020
TENTANG MALAM_Ifa Arifin Faqih
Malam menyimpan misteri
Kisah sekeping hati tersembunyi
Bukan sebab sakit hati bertahta
Atau tentang kecewa mendera
Tentang malam menyimpan sejuta rahasia
Cerita perjalanan singgah anak manusia
Mengukir mimpi berharap esok jadi nyata
Tentang malam yang merangkul sepi
Di heningnya bertabur damai nan sunyi
Memeluk tenang sambangi rindu Ilahi
Tentang malam tanpa cahaya rembulan
Bersimpuh, merapal bait-bait doa
Bertasbih mohon ampunan dan keselamatan
Bersujud pasrah atas rida-Nya
Probolinggo, 04 Agustus 2020
RINDU YANG TAK KAUPAHAMI
Embun pagi gontai melangkah
Mengecup ranting, daun basah
Kelopak bunga mulai merekah
Putik kembang menabur pasrah
Di embusan angin kutitipkan rindu
Sejak sapamu tak lagi mencumbu
Entah apa yang buatmu begitu
Dalam pinta malam kusebut nama
Nama yang selalu gelorakan rasa
Kau ... ya kau yang selalu di jiwa
Rindu selalu datang singgahi hati
Meski tak pernah kau pahami
Berseteru mencari celah temu
Meski kau tak peduli itu
Bunda
Bilik Rindu, 3 Agustus 2020
TANGIS DAN AIR MATA sudah bagus. Jika bisa kurangi memakai akhiran. Dalam gubahan ini ada 6 kali pemakaian akhiran "an" untuk mengejar persamaan bunyi.
TANGIS DAN AIR MATA
Ada tangis yang tak bisa ditahan
Tangisan menyambut kelahiran
Seluruh semesta meng-aminkan
Tumpah ruah air mata kebahagiaan
Ada tangis yang tak bisa ditahan
Tangisan menjemput kematian
Menikam jiwa, air mata menghujan
Tangis dan air mata milik insan
Bahagia dan kesedihan bergiliran
Peristiwa yang tak bisa dielakkan
Kelahiran disambut air mata bahagia
Kematian diantar air mata duka
Janganlah air mata tenggelamkan jiwa
Jadikan air mata pembasuh noda
Prolink, 30 Juli 2020
HANYA BERPIKIR
Kadang aku berpikir ingin terbang setinggi awan
Akan kupetik bintang untuk menghias wajah perawan
Akan kusemat cahaya agar biasnya secantik rembulan
Sebagai penerang jalan saat langkah sesat dalam kegelapan
Kadang aku berpikir ingin terjun ke dasar lautan
Akan kulukis indah di palungnya tentang kisah perjalanan
Akan kupinang kilau cahaya mutiara sebagai persembahan
Kadang aku berpikir ingin mendaki puncak tinggi
Akan kukibarkan bendera kemerdekaan hakiki
Agar jiwa tiada tertawan dan terbelenggu emosi tak berarti
Kadang aku berpikir hanya berpikir saja
Tak bisa berbuat sesuatu yang bermakna
Kadang aku berpikir hanya dalam angan
Segala yang diangan tak pernah jadi kenyataan
Bunda
prolink, 28 Juli 2020
KAPAN PERGI
pagi ini masih setumpuk rindu
belum lunas untuk menjamu
rasa yang seharusnya kuracik mesra
kembali menuai resah dan kecewa
mengapa rindu tersembunyi
saat merajalela covid pandemi
ketakutan, kekhawatiran merobek hati
tangisan mereka mendera jiwa
tawa mereka hilang seketika
bosan di rumah tiada teman sebaya
jiwa-jiwa mereka mulai meraung dahaga
bermain sesuka hati mulai dipaksa berhenti
hanya diam, memandang buku tanpa suara
"sampai kapan suasana ini pergi?" tanyaku dalam hati
Prolink, 27 Juli 2020
SANDAL JEPIT
akrab di kaki
kanan dan kiri
setia satu hati
meski beda fungsi
sandal jepit tak bersama
depan belakang sudah biasa
namun satu tujuan nyata
Bunda
Prolink, 25 Juli 2020
Komentar
Tulis komentar baru