WALAU AKU RINDU Lilik Puji Astutik
Walau aku rindu
Kutahan untuk tak menyapamu
Rasa sakit ini sangat menyiksa
Menghujam bak jarum berbisa
Angkuhmu tingkat dewa
an kubawa kemana kelana
Bila semua hanya hampa
Rindu terus mendamba
Jiwa semakin merana
Terkurung rasa yang membara
Walau aku rindu
Kutahan semua rasaku
Diam dalam penantian semu
Menunggu engkau menjengukku
Krian 11 November 2020
MERAMU RASA Lilik Puji Astutik
Engkau serupa gigil pagi
Yang datang menyelinap dalam hati
Embunpun terus bermesraan lembut dengan mentari
Kicauan kutilang liar pecahkan sunyi
Andai bisa aku berlari menjauhi dilema
Tentu sakit ini tak jadi teman raga
Membungkus rindu dengan tapi hati tersiksa
Meramu rasa agar terbiasa
Dengan rindu yang melekat di dada
Walau hati berlari tetap menjaga setia
Mungkin rindu ini tak bisa pudar dari hati
Tapi aku harus meramu rasa dalam ilusi
Kau tak pernah kusanding apalagi kumiliki
Sakit rasa hati saat merindu hanya meratap sendiri
Krian 16 November 2020
SANG PENGEMBARA RASA Lilik Puji Astutik
Mata tak jua terpejam
Wajahmu membayang dalam kelam
Dalam kerinduan hati terejam
Gairah dan hasrat tak jua padam
Duhaiku kemana harus mencari
Jejakmu yang hilang tiada pasti
Dalam balutan lara aku menanti
Kurangkai larik-larik puisi
Sebagai pengobatan luka hati
Tapi aksaraku liar memainkan diksi
Duhai sang pengembara
Mengapa kau hanya bermain dilema
Bila seribu janji hanya hiasan belaka
Seharusnya tetap menutup hati agar tak terbuka rasa
Krian 14 Novel 2020
TERPASUNG RINDU Lilik Puji Astuti
Mengikat tak bisa lepas
Membatu dan sangat keras
Tak bisa terlupa walau kecewa
Meminta walau tak diterima
Bagaimana bisa berlalu
Bila rindu terus bernyanyi dalam puisi syahdu
Meminta belas kasih ingin bertemu
Tapi serasa terpasung rindu
Saat rasaku tak pernah bisa menjangkau angkuhmu
Bagaimana harus kulepas rasa yang membelenggu
Aku memaki ketidakberdayaanku
Mengapa aku harus merindu
Pada padang ilalang semu
Hingga aku terjungkal pada lembah tangis yang mengharu biru
Krian 13 November 2020
DI UJUNG GELISAH Lilik Puji Astutik
Ada yang menggema di sudut kalbu
Kelabunya gairah tersendat rindu
Yang membuat hati kian melayu
Seperti debu yang tertiup bayu
Di ujung gelisah menunggu
Walau sekejap asal bertemu
Tapi mengapa tak jua ada titik temu
Engkau gambaran sempurna pujaku
Rasa seakan ingin melaju
Ingin mendekap walau semu
Hadirmu selalu aku tunggu
Angan kian tak tentu
Gelisah tak terendam ingin mencumbu
Anginpun menitipkan bisikan sendu
Krian 11 November 2020
MENGAPA RINDU TERCIPTA Lilik Puji Astutik
Selaksa rasa tumpah pada keresahan
Saat rasa tak lagi bisa terbendungkan
Menari nari pada pada altar rindu sendirian
Sepi tak berpenghuni hanya terdengar tangisan
Duhai yang terpuja dalam rasa
Datanglah dalam altar cinta
Biar bisa menggenggam walau sesaat saja
Mengapa rindu harus tercipta
Bila kita tak pernah bisa berjumpa
Tangis sedu sedan terbingkai dalam aksara
Mungkin takdir tak pernah berpihak pada kita
Terpisah saat cinta mulai melanda
Kemudian terakhiri hanya pada ujung pena
Tangispun tak bisa sembuhkan luka
Krian 3 November 2020
SUARA KERINDUAN 2 Lilik Puji Astutik
Pagi berselimut hujan tipis
Seperti hati begitu teriris
Saat rindu membuncah hati bertambah lara
Mengapa tak jua lepas pesona
Hanya ingin menghindar
Agar hati bisa sadar
Bahwa pesona tak mungkin dalam dekapan
Hati menangis raga bergetar
Kerinduan tak jua bisa pudar
Selalu hadirkan dirimu dalam bayangan
Suara kerinduan terus mengema
Hingga rasa terbang sampai angkasa
Altar rindu juga menanti
Tapi tak jua hadirmu di sini
Krian 30 Oktober 2020
SUARA KERINDUAN 1 Lilik Puji Astutik
Mengemas rasa yang penuh dilema
Dengan cipta rangkaian aksara
Tak ingin hati terus memberontak dalam dada
Menerima setiap lakon yang tercipta
Walau suara menggelegar
Emosi seperti halilintar
Terus saja aku harus meredam
Suara kerinduan terus maju tak gentar
Menahannya badan terasa gemetar
Hingga malam pun mata tak terpejam
Duhaiku haruskah terus menunggu
Sedang hati berlari seakan berpacu
Datanglah walau hanya sebatas angin lalu
Jangan biarkan rindu ini melayu
Krian 29 Oktober 2020
RINDU TAK SEBATAS RASA Lilik Puji Astutik
Bergulat rasa dengan dilema
Saat rindu makin membara
Hanya mendekap sepi dalam gulana
Mungkinkah rasa ini sampai padanya
Semilir angin pun seakan tertawa
Mengejek aku yang telah terperdaya
Menggila rona semu pesona
Rindu tak sebatas rasa
Gairahnya sampai menusuk dada
Hati berontak ingin berjumpa
Duhai kelana hati
Mengapa tak pernah kembali
Sedang aku terus menanti
Agar engkau sudi membawaku pergi
Krian 28 Oktober 2020
KERESAHAN PADA SENJA Lilik Puji Astutik
Senja yang basah
Dengan aroma tanah
Hati yang gelisah
Selalu terlanda gundah
Gerimis basahi senja
Angin menyapa penuh luka
Rindu kian membara
Sepi selalu temani rasa
Mungkinkah kita berjumpa
Sedang kau masih diam seribu bahasa
Rindu terasa begitu mengalir
Mencari ruang yang tepat seperti air
Bayupun menemani semilir
Keresahan tentang rasa tak jua berakhir
Krian 27 Oktober 2020
MIMPI Lilik Puji Astutik
Kabut tipis menghalangi pandangan
Saat mata ingin menatap dalam kerinduan
Ingin memeluk nyata hanya bayangan
Terombang ambing dalam kepiluan
Duhai pagi bangunkanlah aku
Jika semua hanya ilusi semu
Meredup jiwa rasa melayu
Mimpi berhamburan pada rasa rindu
Hasrat tak tertahan kian mengebu
Jangan datang hanya untuk berlalu
Kau aduk rasa dengan kalimat rindu
Tak berjumpa tapi ingin bertemu
Hanya sebuah khayalan yang mengharu
Tergenggam bunga yang sudah melayu
Krian 26 Oktober 2020
MENIMANG RINDU Lilik Puji AStutik
Merenda pagi dengan sepi
Begitu rasa menyentak di hati
Mengapa tak pernah kembali
Sedang kerinduan terus menagih janji
Menimang rindu untuk siapa
Bila kita tak pernah mengerti rasa
Bila kita tak perpaham makna
Telah merekah rindu yang berbunga
Tapi melayu saat dipenuhi dilema
Menepi hanya rasa yang terbakar membara
Menimang rindu dalam kepedihan
Telah kutepis segala pengharapan
Bertemu hanya sebuah impian
Karena kau dan aku tak pernah sampai tujuan
Krian 25 Oktober 2020
KETEGUHAN HATI Lilik Puji Astutik
Terkadang tak terkendali
Terkadang berontak memaki
Terkadang ingin berlari
Berbisik lirih penuh arti
Walau tak nampak terasa
Diam tapi selalu ada
Tak bersuara tapi bicara
Wahai hati diamlah di sini
Jangan memberontak lagi
Tetaplah setia dengan janji suci
Usah hiraukan seribu rupa
Yang datang sebagai pengoda
Karena indentitasmu adalah setia
Tempat indah sejuta puja
Krian 23 Oktober 2020
KERINDUAN Lilik Puji Astutik
Pagi yang sunyi
Tertutup kabut sepi
Gairah tiada lagi
Gigil menikam hati
Telah tertanam bunga rindu
Walau tercampak dan layu
Terus menunggu untuk bertemu
KRIAN 23 OKTOBER 2020
ESOK Lilik Puji Astutuk
Bila esok aku tak terbangunkan
Maka maafkan segala kesalahan
Mungkin ada yang tak pantas aku lakukan
Lupakanlah dan jangan jadi perdebatan
Begitu banyak yang ingin kulakukan
Tapi rasa sudah sampai pada kebekuan
Aku menangis tapi harus aku lepaskan
Mungkin takdir sudah terselesaikan
Atau baru mulai dari awalan
Bisu semua seakan tersembunyikan
Bila esok aku tak terbangunkan
Maka lepas dengan segala keikhlasan
Tak usah tangisi cukup doakan
Agar aku damai dalam perjalanan
Krian 21 Oktober 2020
TEMANI AKU WALAU HANYA BAYANGANMU Lilik Puji Astutol
Merintih sendiri di sudut sunyi
Sepi menepi tiada yang menemani
Hati terus saja ingin berlari
Walau telah kuikat dengan janji suci
Mengapa aku terus merindu
Bila engkau hanyalah bayangan semu
Mengapa terus berharap bila semua palsu
Temani aku walau hanya bayanganmu
Dekap aku biar aku bisa merasakan hangatmu
Walau semu kunikmati segalanya dalam gairahku
Terhempas rasa saat kembali pada nyata
Menangis menjerit tiada guna
Telah lama kita terpisah jarak juga raga
Mencari entah kau berada di alam mana
Krian 20 Oktober 2020
AKHIRNYA SENDIRI Lilik Puji Astutik
Daun daun berjatuhan satu satu
Selangkah bersama jalannya waktu
Berterbangan tiada arah bersama debu
Pergi entah kemana terdapat bersama angin lalu
Akhirnya semua menjadi sepi
Gersang saat melihat mengiris hati
Mengapa ketakutan selalu berteman sunyi
Akhirnya memang harus sendiri
Satu satu pasti akan pergi
Kita pasti akan menyusulnya nanti
Daun daun berjatuhan satu satu
Perlahan kita kembali pada beku
Dingin yang menyusup tertelan waktu
Entah kembali ke arah mana yang tertuju
Krian 20 Oktober 2020
DAN Lilik Puji Astutik
Dan ketika hatiku mulai terluka
Seribu doa telah kupinta
Agar ikhlas diri menerima
Segala keputusan yang ada
Bukan hasrat ingin berlari
Mengapa cerita terulang kembali
Kenyataan ini terasa pahit di hati
Dan kenangan itu selalu tinggi dalam ilusi
Menari nari sendiri di lembaran diksi
Hingga tersayat luka dalam barisan puisi
Dan telah kuterima kenyataan
Walau kadang rasaku penuh pemberontakan
Walau kadang hatiku terus ingin berlarian
Aku tetap bertahan di sini dengan kesetiaan
Krian 19 Oktober 2020
SEBELUM TIDUR PANJANGKU Lilik Puji Astutik
Setiap detik terliputi keresahan
Entah pada bagian mana ada kedamaian
Tak berjeda segala yang kurisaukan
Semua terasa hampa dalam kegelisahan
Aku hanya ingin semua terselesaikan
Sebelum aku tidur pada alam keabadian
Aku ingin lunasi semua kewajiban
Aku tak ingin ketakutan
Saat tanah memelukku dalam kedinginan
Akupun telah relakan tubuh rentaku berbaring sendirian
Sebelum tidur panjangku
Kan kulepas semua ketidakberdayaanku
Aku rela ikhlas kembali padaMu
Surga atau neraka aku pasrah pada semua keputusanMu
Krian 17 Oktober 2020
SENJA BERKABUT UNGU Lilik Puji AStutik
Perlahan mentari kembali ke peraduan
Sinar jingga elok di sudut pandangan
Merayu serumpun bambu di ujung pegunungan
Memeluk rindu ilalang kering yang berhamburan
Duhai kelana sang puja dalam rasa
Kembalilah peluk jiwa nan hampa
Agar tak lagi mengusik rindu dalam dilema
Senja kelam berkabut ungu
Saat rindu mulai berpacu dengan waktu
Ingin sudahi agar tak melayu
Perlahan kutinggalkan semua harapan
Agar yakin pada suatu kenyataan
Bahwa hadirmu hanya sebuah bayangan
Yang menjadikan aku sebagai pesakitan
Krian 12 Oktober 2020
HATI YANG TERPIKAT Lilik Puji Astutik
Hati semakin terpikat
Rindu semakin melekat
Rasa semakin begitu sarat
Semoga hati teguh tak berkhianat
Duhai hati mengapa terus berlari
Mengejar yang jadi tambatan hati
Walau diri telah terikat janji suci
Dari bibirmu selalu terlantun kalam suci
Hingga diri ingin bersanding menemani
Walau tak mungkin kau kumiliki
Angin teduh datang menyapa
Menghadirkan gelisah yang merejam di dada
Rindu tak jua berakhir dengan jumpa
Karena semua hanya hadir celoteh saja
Krian 10 Oktober 2020
UDARA SEMAKIN BERBISA
Dedaunan kering mulai terbakar
Api besar dan menyambar
Terlahap pula semak belukar
Yang berada di tepian melingkar
Panas api penuhi rasa
Asap pengap penuhi udara
Apipun merah menyala membara
Angin menerbangkan debu ke angkasa
Hitam pekat awan tak berpelita
Sepi senyap udara semakin berbisa
Kembali kebakaran merajalela
Hanya karena keserakahan sang penguasa
Hutan dibabat habis di ganti dengan sawit
Akhirnya rakyat sekitar yang menjadi sakit
Krian 4 Oktober 2020
AKU PINJAM BAYANGANMU Lilik Puji Astutik
Senja mulai hadirkan bayangan yang menggoda
Ingin rasanya memeluk dalam dekap mesra
Walau hanya sekedar dalam imajinasi saja
Kau sempurna membuat aku menggila
Ingin rasanya tenggelam dalam teduh matamu
Walau hanya sekedar ilusi semu
Ternikmati segala desiran halus yang menjamu
Mungkinkah rasa ini tak pantas untukku
Tapi siapa yang bisa hentikan hasrat yang melaju
Ingin mendekap mesra penuh rindu
Aku pinjam sesaat bayanganmu
Untuk mengobati segala rindu yang menggebu
Tak usah kau datang padaku
Cukup kirim senyum lewat angin lalu
Krian 9 Oktober 2020
AKU TEROBSESI
Rindu menggantung di sudut purnamaSaat senja tinggalkan rona jinggaSempurna rembulan penuh cahayaMenyinari bumi dalam temaram warnaDuhai pujaan hatiYang selalu datang dalam mimpiDekaplah sesaat walau hanya ilusiHati kian tertambat obsesiGairah seperti mengajak berlariMendekap mesra dalam birahi fantasiAku terobsesi kembang pelangiYang terlalu elok untuk dipandangiHingga jiwa lupa telah dipecundangiOleh rasa yang ingin menang sendiriKrian 8 Oktober 2020Ujung GSM
SEPI DALAM RINDU
Sepasang kupu kupu berterbangan
Mengitari bunga pada sebuah taman
Menari bersama angin yang tinggalkan desiran
Hanya sunyi yang temani keindahan
Betapa rindu ini sangat menyakitkan
Saat mata tak bisa lagi menghadirkan
Sosok yang jadi idaman
Duhaiku datanglah sekejap walau bayangan
Lebur rasa kerinduan
Agar hasrat tak terus berlarian
Aku hanya melihat matahari dan rembulan dalam semu
Hidup ini telah terkurung oleh rindu
Yang begitu sepi dan beku
Hingga sisa ajal yang setia menunggu
Krian 30 September 2020
RINDU TAK BERTEPI
Rindu kian meragu
Saat hati mulai melayu
Hasratpun terus melaju
Untuk segera ingin bertemu
Pagi hantarkan gigil yang mengigit hati
Hanya gulita yang menemani
Hati yang terlanda kegelisahan sendiri
Mengapa rindu mengembang tak bertepi
Bila hasrat tak pernah bisa meraih mimpi
Terdampar kelana di ujung belukar berduri
Rindu kian meragu
Tangis lirih menemani dalam kalbu
Mengapa kisah terbentur masa lalu
Hingga terus saja menganga lukaku
Krian 29 September 2020
RINDU DI UJUNG MALAM / Lilik Puji Astutik
Di ujung malam
Saat semua mata masih terpejam
Ada lirih getaran yang datang merejam
Tentang rindu yang mengiris tajam
Duhai hati mengapa teraduk rasa
Bila tak layak untuk mendamba
Mengapa harus ada getaran halus di dada
Sunyi bangkitkan gairah cinta
Tapi mengapa wajahnya yang datang menjelma
Padahal hati ini bukan miliknya
Di ujung malam sesak rindu alirkan airmata
Mengapa harus menikmati rasa
Bila kita tak saling memilikinya
Atau mungkin rindu ini hanya aku yang punya
Krian 28 September 2020
RINDU DAN SUNYI / Lilik Puji Astutik
Setapak jalan terlewati
Mendayu rindu terbawa dalam mimpi
Tak juga hadir yang jadi idaman hati
Memapah kosong pada harapan sunyi
Sebait puisi sedih tercipta
Rangkaian aksara pilu dalam kata-kata
Sedih saat yang diharap tak kunjung tiba
Rindu ini sempurna menyiksa
Jemaripun tak sanggup meminta
Walau telah terucap berjuta doa
Setapak jalan terlewati
Akhirnya semua terhenti
Saat hanya diam yang kembali
Ternyata rindu hanyalah sebait puisi sunyi
Krian 29 September 2020
WAJAH WAJAH ANGKARA MURKA / Lilik Puji Astutik
Wajah wajah penuh angkara
Meminta dengan wajah murka
Membabat habis tiada tersisa
Terus saja berambisi menumpuk dosa
Harta telah membutakan mata
Kedudukan telah membuatnya seperti raja
Diktator ingin berjaya sepanjang masa
Tak ada kata kasih atau iba
Terus saja membabi buta
Memenuhi untuk selalu berjaya
Wajah wajah penuh angkara
Berambisi suci seperti dewa
Padahal hatinya seperti ular berbisa
Siap menerkam juga memangsa
Krian 25 September 2020
RINDU BERSAMPUL LUKALilik Puji Astutik
Senja kembali hadirkan jinggaYang merona begitu penuh pesonaRindu tidak saja pada kataTapi rindu telah membelah jiwaMengapa harus terjadiRasa yang tak bisa dipahamiMerasuk hingga menembus hatiEngkau selalu datang sebagai bunga mimpiHadirkan berjuta pelangiWalau kadang sadar semua hanya ilusiRindu bersampul luka juga nestapaIngin memeluk erat tak bisaSebab engkau hanya ilusi belakaYang selalu kuhadirkan pada setiap aksaraKrian 24 September 2020
SURGA DI BUKIT GERSANG/ Lilik Puji Astutik
Lirih hati merintih kesakitan
Kalam suci terlantunkan
Pada bibir sang pesakitan
Merindu pada kisah dalam ketidakberdayaan
Sunyi jadi teman keabadian
Bukit gersang seakan jadi gambaran
Hati yang mencari indah kedamaian
Surga terangkai walau dalam kekurangan
Barat timur utara atau selatan
Semua jalan terpenuhi kesangsian
Lirih merintih hati kesakitan
Walau hati tak juga mendekap kedamaian
Tetap ingin meraih syurga dalam keabadian
Walau tertatih mencoba berjalan dengan haluan
Krian 23 September 2020
NYANYIAN KECIL KIDUNG LARA/Lilik Puji Astutik
Nyanyian kecil kidung lara
Menghias pucuk perih tak terkira
Nyanyian sunyi kidung nestapa
Hadir diantara prahara dalam jiwa
Kecil tergenggam dalam ingatan
Hati dipenuhi rasa kerinduan
Berlabuh pada aksara yang berlarian
Kering saat jiwa dilanda kehausan
Entah kemana pergi pengharapan
Yang kutitih secara perlahan
Nyanyian kecil kidung lara di hati
Sepi selalu menamani dalam ruang sunyi
Sendiri melangkah pada jalanan penuh duri
Tersiksa menunggu ajal untuk pergi
Krian 22 September 2020
SENJA MENGGANTUNG RINDU
Mengapa masih ada yang tertinggal
Selalu jadi benalu dan tak mau tanggal
Rindu berselaput musam durja
Kemana arah tujuan tak bisa bermakna
Bermain hati dengan aksara
Membingkai harap pada senja
Saat lagu rindu mulai merana
Mengapa hanya bayangan yang singgah di mata
Datanglah walau sejenak untuk berjumpa
Aku selalu menanti walau wajah sudah tak ada rona
Mengapa masih ada yang tertinggal di rasa
Pergimu tak juga mengakhiri luka
Rindu menumpuk seribu racun berbisa
Ketuk rasa walau entah engkau dimana
Krian 20 September 2020
PUCUK PUCUK RINDU YANG BERGUGURAN
Pucuk pucuk rindu mulai berguguran
Saat rasa hanya tinggal dalam angan
Sepi menepi hanya bersama kenangan
Kemudian hadirkan sebuah bayangan
Angin lirih menyapa
Senyuman indah entah kemana
Terganti rejam prahara dalam duka
Tangis sedu sedan untuk siapa
Wajah kuyup tak mampu merona di kaca
Rindu patah pada keringnya senja
Pucuk pucuk rindu mulai berguguran
Saat sapa terhenti pada senyum keangkuhan
Rasa jangan lagi hadirkan keresahan
Diam nikmati saja ketidakberdayaan
Krian 21 September 2020
INGIN BERSAMA
Selalu di mata menjadi penggoda
Tapi bukan siapa siapa
Mengapa bisa
Terus saja hati bertanya
Hadirnya seperti bunga
Indah dipandang tiada dua
Bergetar rasa saat aku mulai mendamba
Hanya teman biasa
Tapi sangat istimewa
Dalam hati juga rasa
Selalu di mata menjadi penggoda
Harus bagaimana membuang rasa
Bila hasrat ingin bersamanya
Hanya diam dalam kecewa
Krian 20 September 2020
BAYANGAN SEMPURNA
Aku mengenangmu sebagai luka
Luka yang berdarah dan membara
Membara seperti api yang menyala
Menyalakan dendam yang membakar
Ingin sudahi segala kecewa
Hati mengapa tak bisa terima
Rasa selalu membangkitkan nestapa
Di antara rindu dan kebencian yang berkecamuk di dada
Ingin kusudahi segala dilema
Yang diri semakin tak berdaya
Aku mengenangmu sebagai luka
Tapi kau selalu datang mengoda
Dari pagi hingga senja wajahmu selalu menjelma di mata
Bagaimana bisa melupa bila engkau adalah bayangan sempurna pada cinta pertama
Krian 20 September 2020
TELAH KURELAKAN
Angin yang mendesah pada senja
Jiwa semakin resah karena luka
Hati terasa lelah menanti cukup lama
Gundah saat diri terjerumus dalam dilema
Berlari sendiri mengais sisa rasa
Rindu kian membuat nelangsa
Lalu siapa yang bisa memahami makna
Rindu berbagi dengan sakit di dada
Ingin mengapai bahagia hanya dapati lara
Semua pekat tersusun diantara aksara
Lalu mengapa kembali bila hanya untuk sakiti
Pergilah agar semua tak lagi jadi dilema hati
Walau namamu selalu datang pada diksi
Telah kurelakan engkau pergi
Krian 19 September 2020
RINDU YANG TERABAIKAN
Tak bisa aku ungkapkan dengan berjuta kata
Saat rindu mulai mengoda
Mengapa hadirmu tak sempurna
Hanya seluet samar pada senja
Rindu merona pada jingga
Sakit menyusup diantara penantian yang lama
Beribu purnama terlewati tanpa sapa
Sendiri tersiksa memahami makna
Rindu yang terabaikan kian membuat kusam jiwa raga
Entah gerangan apa yang membuat rasa tak mau perpaling darinya
Senja kian pudar malam pun tiba
Saat rindu kian menyiksa
Mencoba merangkai aksara menjadi kata
Walau sakit tetap saja tersimpan rindu dalam dada
Krian 18 September 2020
TANGISAN RINDUAku masih menangis saat mengingatmuMengapa begitu cepat waktu berlaluTinggalkan semua kenangan yang piluMembuat begitu perdu rinduDuhaiku mengapa takdir harus pisahkanSedang cinta masih kusimpanDalam renjana yang penuh pengharapanDuhaiku saat engkau berpulang ada rasa yang terhempaskanSakit dendam amarah juga kerinduanTakdir yang telah membuang aku dalam jurang penderitaan sebagai pesakitanAku masih menangis saat mengingatmuWalau sakit telah kau cipta dalam kehidupankuAku terus menunggu walau sesaat hadirmuTapi takdir telah mempermainkan hingga aku selalu terkurung dalam api rinduKrian 16 September 2020JANJI HATI
Aku hanya merindu
Pada hati beku
Mengapa harus begitu
Tenggelam semua rasaku
Senja telah membawa pergi
Hati yang terpenuhi janji
Walau sakit setia menanti
Krian 17 September 2020
AKU TERSUNGKUR DI UJUNG RINDU/Lilik Puji AStutik
Awan biru menghiasi luasnya cakrawala
Angin lembut menyapa mendekap mesra
Dedaunan menari mendendangkan irama cinta
Berbisik halus syair pujangga
Rindu membentang pada langit rasa
Warna nan elok membingkai sejuta makna
Tertatih hati harapan mendamba
Ah mengapa kau biarkan rindu mendera dinding hati yang luka
Mengapa kau biarkan aku mematung sendiri di kuil cinta
Aku tersungkur tak berdaya pada setiap nada yang berhias lara
Awan biru menghiasi luasnya cakrawala
Angin lembut memeluk kedalaman luka
Rindu mengapa terus saja dia dia di mata
Sedang takdir telah memisahkan rasa dari raga
Krian 16 September 2020
DI UJUNG JALAN/Lilik Puji Astutik
Di ujung jalan itu kita bertemu
Terasa ada tatapan sendu
Hanya sekilas tanpa tegur sapa yang merdu
Hanya diam tak bersuara kitapun berlalu
Sungguh ada dua rasa berkecamuk di dada
Mengapa jalan kita tak sama
Mengapa kita tak pernah bisa menyatukan rasa
Harapan yang ada kian menjauh saja
Jarak dan keadaan telah memisahkan kita
Engkau telah pergi tanpa mengucapkan kata
Di ujung jalan itu kita bertemu juga berpisah
Begitu raga menanti hingga resah
Berharap kau kembali hanya menjadi gelisah
Kau tetap siluet pada hatiku yang gundah
Krian 15 September 2020
SEPERTI ANGIN
Seperti angin yang hadir pada gigil pagi
Kutilang yang bernyanyi pecahkan sunyi
Perlahan jingga di ufuk timur menemani
Indah balutan warna tanah surgawi
Haruskah tertatih untuk melangkah pergi
Saat semua ingin hanya terhenti di ujung mimpi
Jemari tengadah dalam doa kalam suci
Aku yang terjungkal ingin meraih birahi
Hasrat yang mengebu tersingkir tajam belati
Rindu yang datang tak juga bisa dipahami
Serupa angin yang hadir pada gigil pagi
Kau datang dan pergi pada ilusi
Yang selalu membuat pilu setiap diksi
Tapi kau tetap serupa angin yang singgah di negri fantasi
Krian 14 September 2020
AKU TERLUKA/Lilik Puji Astutik
Sakit yang terasa
Semakin membuat kecewa
Rindu berujung duka
Berlaku tanpa sapa
Aku terluka karena rindu
Saat datang dia berlalu
Tinggallah aku dalam beku
Krian 13 September 2020
HARAPANKU
Langkah tertatih diantara harapan
Ingin menggapai apa yang jadi keinginan
Walau begitu sarat beban
Semoga sampai pada tujuan
Harapanku semoga menjadi nyata
Tidak hanya fantasi belaka
Mengukir barisan aksara menjadi kata
Walau tak seindah mutiara
Walau kadang tak paham makna
Semoga menjadi aksara yang jelita
Harapanku bukan menjadi penulis ternama
Aku hanya ingin dikenal mereka
Bahwa aku juga punya rasa
Saat aku mulai merangkai aksara
Krian 11 September 2020
GELISAH DI UJUNG PAGI
Gelisah di ujung pagi
Saat kerinduan tak mau pergi
Memulai langkah walau apapun yang terjadi
Membuang segala gulana di hati
Rindu telah menjadi benalu
Yang mengikat kuat dalam kalbu
Kelana rasa terus berterbangan bagai debu
Hanya serupa bayangan semu
Tapi terus saja mengaduk segala rasaku
Hingga raga terikat pasrah pada belenggu
Gelisah di ujung pagi
Walau begitu terang mentari menyinari
Tapi mengapa gulita masih menetap di hati
Seharusnya semua rasa hilang saat sang pengembara pergi
Krian 9 September 2020
AKU MASIH MENUNGGU
Lentera padam tertiup angin lalu
Gulita pada pandangan kelabu
Ada sisa rindu pada hati yang beku
Terus menunggu walau tiada tentu
Aku masih menunggu sebuah janji
Yang sangat indah mengikat hati
Walau rasa tak pernah ada yang peduli
Menanti hingga waktu terlewati
Walau hanya berteman nyanyian sunyi
Terus sabar dalam menahan diri
Lentera padam tertiup angin lalu
Aku hanya diam dalam hati yang kelabu
Terus saja dalam penantian palsu
Walau diri tahu tetap saja rela menunggu
Krian 6 September 2020
LAJULAH RASA
Mendekat tak bisa
Menjauh tak kuasa
Tengadah tak meminta
Mengucap tak berbicara
Lajulah rasa pada arah
Jangan terhenti sampai lelah
Taklukkan dunia yang pongah
Krian 6 September 2020
MENITI MIMPISaat mata terpejamMenepi pada malamWalau hari kelamTerus saja menyulamMenitih mimpi untuk mendakiTertatih mengawali laju kakiSetapak langkah berjuta artiKrian 6 September 2020
AKU MASIH RINDU
Ingin rasanya mencampakkan kerudung merah
Jiwa sudah merasa sangat lelah
Menunggu hanya untuk bertemu
Tapi harapan tinggal di alam semu
Kau seperti menari nari pada deritaku
Yang terus terbelenggu rasa rindu
Yang mengurungku dalam puisi sendu
Rasaku seperti terbakar dan menjadi abu
Tapi rasa terus saja nyanyikan lagu syahdu
Hati terikat kecewa dalam pilu
Aku masih rindu kapankah bertemu
Selalu menunggu jawaban pada angin lalu
Namun hanya sepi yang kembali
Menemaniku dengan sebait puisi di padang ilusi
Krian 3 September 2020
Lilik Puji Astutik
TERBANGLAH SEPERTI CAMAR DI ANGKASA
Senja merona di kaki bukit nan jelita
Sepasang camar melintas manja di angkasa
Kepak sayapnya menari begitu indah rupa
Berarak bermesraan seakan langit milik berdua
Senja perlahan kembali ke peraduan
Seperti hati yang terlanda kerinduan
Memapah sunyi dalam sebuah kegelisahan
Duhaiku telah berlalu senja dengan keindahan
Tapi aku tetap di sini sendirian
Mengulum senyum pilu kepedihan
Senja merona di kaki bukit nan jelita
Ingin mengenggam bahagia tapi derita yang tercipta
Duhaiku terbanglah seperti camar di angkasa
Agar aku bisa melepas segala kerinduan di dada
Krian 4 September 2020
LUKA PADA RINDUKU
Goresan luka kian menganga
Seakan tersayat sembilu tajam berbisa
Rasa tak jua mampu berpaling dari pesona
Masih saja memuja walau terluka
Rindu ini terbang entah kemana
Siapa yang sanggup menderita
Bila rasa hanyalah langkah yang salah
Rindu seperti berteman dengan lara
Saat sadari angkuhmu tingkat dewa
Raga merintih menangis lelah
Saat rindu tak berbalas damba
Diam menyesali semua pada aksara
Pena patah tak bertinta
Rindu menjamu dalam mimpi penuh luka
Sidoarjo 30 Agustus 2020
MENGAPA HARUS ADA KAMU PADA RINAI RINDUKU
Kembali rasa itu membelenggu
Tak bisa lepas seperti benalu
Terus siksa rasa dalam rindu
Sangat menakutkan seperti hantu
Mengapa harus jadi kelana rasa
Bila jatuhnya hanya semu belaka
Lalu diri hanya bisa memeluk luka
Mengapa harus merindu pada sebuah nama
Bila hati telah terikat dengan sebuah cinta
Tenggelam dalam rasa yang tak pantas dirasa
Mengapa harus ada kamu pada rinai rinduku
Yang membuat jungkir balik aksaraku
Terus mengaduk rasa pada pengharapan palsu
Bermain rasa dengan fantasi agar bisa bertemu
Krian 31 Agustus 2020
MALAM TAK BERTEPI
Kembali terdampar sepi
Saat hari berganti
Malam tiba menemani
Jiwa yang sendiri
Mengapa semua gelisah tiba
Saat seutas senyum menjelma
Pada sepi kutitipkan rasa
Rindu tak selaras aksara
Sepi menghujam pada pena
Tak bisa sudahi dilema
Malam tak bertepi
Gelap pandangan ini
Tertatih perlahan pergi
Menangis dalam hati
Krian 29 Agustus 2020
RINDU MENEPI
Lilik Puji AStutik
Aku kehilangan arah
Saat rindu membuncah
Terkapar begitu lelah
Hati berkecamuk gelisah
Rindu menepi pada senja
Sejenak buang segala luka
Perlahan tinggalkan semua dilema
Krian 29 JUNI 2020
SAMPAI KAPAN
Malam tak bersuara
Ada seribu makna
Puisi rindu tercipta
Karena sang puja
Sampai kapan harus tersiksa
Karena rindu begitu lara
Membakar hangus sebagian jiwa
Krian 29 Agustus 2020
RINDU ABADI
Lilik Puji Astutik
Terlelap dalam buaian cinta
Tak usah kecewa dengan dunia
Apa yang terjadi karena takdir dariNya
Melangkah pasti menuju nirwana
Tak usah risau dengan penghakiman
Saat tangan masih kuat untuk menjalin ikatan
Sepi adalah teman dalam keabadian
Jangan bermimpi dalam ketinggian
Saat sayap rindu jatuh pada ketidakpastian
Setangkup doa lebih dari rasa keikhlasan
Rindu yang berlari biarkan pergi
Jangan tangisi atau ingin memeluk lagi
Saat hari terajut pada sepi
Perlahan pasti kita akan kembali sendiri
Krian 29 Agar 2020
MERINDUMU TERASA SAKIT JIWAKU
Pagi pada udara yang berbisa
Aku mencoba mencari sisa
Dari rasa yang kau punya
Tapi semua tiada guna
Merindumu terasa begitu sakit jiwaku
Belukar duri rasa melilit tubuhku
Terejam sakit yang begitu membelenggu
Kau memang seperti batu
Tapi mengapa aku terus merindu
Hingga siksa hati menjadi temanku
Pagi pada udara yang berbisa
Aku coba menata rasa
Menjauhi dia yang sempurna
Agar hati tak terluka
Krian 28 Agustus 2020
MEMELUK RINDU
Aku diam dalam kebisuan
Saat hati terlanda kerinduan
Kehadiranmu dalam sebuah bayangan
Menghanyutkan aku dalam keresahan
Imajinasi tak bisa terhenti
Kehadiranmu menciptakan sebuah puisi
Menggiring aku berlari ke lembah ilusi
Masih tak bisa aku pahami
Mengapa rindu ini membara seperti api
Padahal kau bukanlah tambatan hati
Aku memeluk rindu dalam dekap bisu
Terus berharap untuk dapat bertemu
Lirih akui berbisik kepada angin lalu
Aku selalu mengenangmu dalam rupa rindu
Krian 25 Agustus 2020
SAAT AKU MEMBUKA JENDELA
Saat aku membuka jendela
Ada yang terasa nyeri di dada
Menusuk lara dalam sukma
Selaksa duka menikam nestapa
Merindumu mungkin adalah sebuah dosa
Tapi terus saja aku lakukan
Walau hatiku begitu merana
Keresahanku berguling gelisah tak bermakna
Aku memujamu walau terasa begitu kesakitan
Siksa ini membuatku tenggelam dalam duka
Saat aku membuka jendala
Ada harapan yang kugenggam dalam rasa
Angin membawa kembali kenangan lama
Saat bahagia bisa bercanda bersama
Krian 20 Agustus 2020
MUNGKIN TAKDIRKU
Lilik Puji Astutik
Aku selalu mengenangmu
Dalam rupa rindu
Yang mengharu biru
Dalam kenangan kelabu
Mungkin takdirku harus terpisah
Merindumu hatiku begitu lelah
Membuat airmataku selalu basah
Krian 20 Agustus 2020
SAAT RINDU
Lilik Puji Astutik
Rindu terpenuhi duri
Tertikam resah birahi
Serasa gairah hati
Tak sanggup membenci
Saat rindu resahkan jiwa
Wajahmu menari dalam netra
Aku mengulum senyum lara
Krian 18 Agustus 2020
KAU KULITI
Lilik Pujiastutik
Hujan Rindu
Lilik Puji Astutik
Rinainya membuat lena
Udara berganti suana
Dingin menyentuh raga
Membisikkan kalimat duka
Membuat rasa panas terhapus
Semua berlalu dan pupus
Krian 11 Agustus 2020
HARUSKAH MENANGIS
Lilik Puji Astutik
SEPI
Aku Hanya Melihat Pada Awan
Lilik Puji AStutik
Udara seakan semakin berbisa
Rindu juga semakin menyesakkan dada
Kembali hati bertarung dengan rasa
Mengapa tak jua kita kita berjumpa
Kerudung merah mulai merana
Saat api tergenggam mulai membara
Rindu diujung senja tak jua merona
Aku hanya melihat pada awan
Tatap matamu yang amat tajam menawan
Walau hanya bayangan bergetar rasa dalam keinginan
Udara seakan semakin berbisa
Bagaimana caraku harus berjumpa
Bila hati tak bertaut dengan rasa
Maka biarkan kerudung merah menjaga bara
Krian 6 Agustus 2020
Aku Blokir Rindu
Lilik Puji Astuti
Sepi masih begitu terasa
Udarapun masih di penuhi dengan bisa
Masih kutulis tentang dia
Dalam puisi juga doa
Aku ingin blokir rindu ini
Agar dia tida jadi penganggu hati
Tapi mengapa wajahmu masih menari
Pada setiap sudut pandanganku
Hanya wajahmu yang selalu dalam ingatanku
Aku ingin melepas tapi dia sudah jadi belenggu
Aku blokir rindu
Agar terbebas rasaku
Dari semua rasa yang semu
Bukankah memang seharusnya begitu
Krian 8 Agustus 2020
SEHARUSNYA TERHENTI
Ah rasa mengapa kau aduk keinginan
Yang tak pasti aku rasakan
Bagaimana bisa aku padamkan
Bila semua selalu datang pada angan
Mengharap apa yang diharapkan
Meminta apa dalam ketidakberdayaan
Rasa mengapa aku kau sesatkan
Selayaknya mengikat ilusi
Agar dia tak terus mengajak berlari
Agar semua rasa salah terhenti
Ah hati mengapa masih belum kau kunci
Seharusnya terhenti dan berakhir disini
Semua rasa yang tak pantas kumiliki
Agar aku tak berlarian pada ilusi di negri fantasi
Krian 22 Juli 2020
BILA RINDU
Bila rindu hanya setitik debu
Biarlah debu terbang bersama angin lalu
Meninggalkan segala keresahan di ujung semu
Biarlah sirna bait-bait kisah sendu
Rindu yang menggoda datang pada senja
Semilir angin rintih merajam jiwa
Ilusi hadirkan pesona dalam rupa jingga
Kulukis diatas awan
Wajah yang sangat menawan
Yang selalu jadi damba dan pujaan
Bila rindu hanya sebuah impian
Maka biarlah semua hilang tak berarturan
Tak usah lagi datang walau hanya sapaan
Sejak aku kau tawan hanya dalam sebuah kerinduan
Krian 16 Juli 2020
DILEMA
Pagi masih terpenuhi hamparan embun
Tersiksa rasa meredam rindu tak berujung
Melerai hati agar selalu bisa memahami
Nyata tak mungkin akan bisa dimiliki
Semilir angin tambah gigil pada raga
Semburat jingga mulai menebar pesona
Menghias indah barisan awan pada angkasa
Jemari mulai peluk ringkih badan
Semoga menjadi indah semua harapan
Walau dilema datang mengoda pikiran
Membuang rindu untuk berdiri tegak kembali
Walau engkau terus menjadi imajenasi hati
Aku coba buang desiran halus ini pada ilusi
Agar dilema hanya terukir pada barisan puisi
Krian 6 Juli 2020
KELANA RASA
Rasa tak bersayap tak pula berkaki
Tapi mengapa terus terbang dan berlari
Apa sebenarnya yang dicari
Lelah jiwa harus terus menuruti
Angin pagi kembali mengaduk rasa
Tak memahami bagaimana lelah jiwa
Terus bermain api pada belantara aksara
Pena terhujam pada seribu makna
Aksara menari pada lembah tak berlentera
Gulita hingga tersesat langkah entah kemana
Rasa tak bersayap juga tak berkaki
Tapi terus saja bermain ilusi
Mengajak menghadirkannya di sini
Walau dia telah lama pergi dan tak pernah kembali
Krian 2 September 2020
Komentar
Tulis komentar baru