Skip to Content

Air Mata Duri

Foto Binoto H Balian

"Air Mata Duri"

Ibu menangisi selembar uang ribuan usang,
dan sekeping logam bergambar mawar
yang tersadai di tangan.
Bukan sapu tangan: penyeka lapar!
Lotot matanya mulai batu.
Seorang bocah
menjilati nanah yang netes diatas bibir.
lalu Ibu menulis surat yang katanya pada tuhan:
kepada tuan: bisa apa ini uang?
air mata ibu menikam menyayat limpa.
Uang kertas- logam: bergiliran melototi aku.
Rengekku:
“Ibu, air hidung ternyata tak boleh dimakan”
air mata ibu pun melelehkan uang kertas.
Lalu tiba-tiba ibu
berbicara seolah tuhan:
“Nak, jangan mencuri! Rampoklah.
asal bukan uang logam mawar atau kertas ribuan.”
Ku kantongi air matanya
di jemari.
“Ibu, aku pernah lihat selain uang kertas ribuan dan logam melati!
Tapi kokohkah? lutut- jemariku menerobos besi-besi
atau tinju peluru tajam?
Ibu memang penangis!
Penyelutuk.
Atau kujual saja tanah kuburan ayah itu buat belikan
jamu reumatikmu nanti malam?”
Air mata ibu, menamparku sekeras petir.
Ia telan ludahnya.
sulit. Berkata lagi:
“Anakku, pergi! galilah kubur
untukku di dekat ladang tebu,
setelahnya: jatuhkanlah kedua kakimu di sumur tua itu,
semoga kelak kebun tebu makin subur, hingga sumur itu berair kembali!
dan sampai bau bangkai kita
tercium di koran-koran berita sore, esok lusa.
Pekanbaru, Nopember 2003
# Salam_Wahai_Segala_Ibu

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler