ARAK-ARAK MEGA
Selagi air mengalir,
selagi pasir terhambur, dan raga tak gugur
Semua bisa saja kurengkuh
Hanya butuh cinta kau
Puan…
Kenangan panjang di malam itu, bersemi…
Terpaut rona-rona cakrawala senja
Tak mampu kugambarkan dengan sajak usang
Perihnya ulu hati tak restu
Tak bersua, jua tak bertemu
Lilitan rindu menggerus mega-mega
Mentari mulai redup dan tumbang di ufuk cakrawala
Sembari tengadah,
Mataku mulai berbicara
Sesal pilu sirna tak ada rona
Wahai jelita yang tak mampu kujabat hatinya
Ke segala penjuru, kucoba ukir parasmu
Sekali lagi,
Kucoba terka, kali saja kautelepati
Jelita,
Ajari aku melukis senja
Dari sayu matamu aku ingin belajar makna
Dari rindu yang menggumpal
Dari bait-bait puisi para pujangga
Jelita,
Akan aku bangun mahligai kata
Bak riak yang tak bosan menepi di pantai kenangan
Sebelum pulang pada gelombang lautan
Mengantar rindu ke peraduan
Sajak rindu ini kupersembahkan pada perempuan di hadapanku siang itu
Mencari bus menuju kota sambil bercerita
Sengaja kutautkan padamu wahai puan penyempurna kata
Angka-angka sudah terlalu membelenggu
Hingga kata mesra tak bisa lagi kuuntai
Padamu,
Aku berharap sesuatu
Pada mahligai penyempurnaan
(kelusuhan si JHON)
Magrib di jeda Jambi-Batang Hari, 280820
Komentar
Tulis komentar baru