Kuncup Bunga dan Musim Burung
Oleh : Ervi Aisyi Mundiri
Lama kiranya aku atau kau kira telah tahu
Mengerti rupa masing-masing dalam waktu lalu yang telah berlalu
Dalam hidup berbeda, tak kenal dan saling menjadi pembeda
Kau tahu diriku dari diriku-diriku yang lain
Kabar burung yang semoga bukti beruntung
Saat itu warna pagi putih menandakan ada celah untuk sekedar rapih
Namun dulu aku masih mengikatkan diri pada janji pribadiku
Tak akan bersapa dengan burung-burung yang lain terlebih dahulu
Karena kutahu itu yang bisa kulakukan untuk bisa menjaga sarang
Kau datang bersamaan dengan malam hingga larut,dan maaf kau terlalu samar-samar
Sampai akhirnya kesamaran hitamnya malam semakin buram , mungkin kau saat itu menghilang pikirku melayang
Burung yang berkicau baik, memang mudah menarik-narik
tarikan itu juga kau pergunakan untuk kicauan-kicauan lain
Aku tahu persis itu meski, aku adalah orang yang tak paham betul dengan dunia burung
Aku juga begitu, mungkin bunga yang baru kuncup baunya mulai mewangi
Para kumbang menawarkan pesona gerak untuk mekarnya sang bunga dengan berbagai rekayasa
Di sini, bunga mempertahankan waktu untuk selalu kuncup dan mekar dengan sari asli tanpa ada rekayasa manusia
Pertahanan bunga yang kuncup cukup berdiam diri dalam bungkam menanti pemekaran bunga yang tanpa rekayasa dan berharap harum mewangi akan bertahan lama
Pertengahan musimpun terjadi , kita sebut ini musim burung dimana burung-burung bermigrasi dari habitat asal
Hingga akhirnya burung mendekati kawasan bunga yang utuh tak tersentuh
Bunga kuncup masihlah kuncup ,bertahan dalam sebuah keraguan
Apakah kau benar-benar burung yang selama ini kunanti? Untuk membantuku menjadi bunga yang mekar sempurna?
Malang,2014
Komentar
Tulis komentar baru