Cerita Apel Yang Tersia
puisi edi sst
Apel itu keluar dari rahimmu
Di halaman depan tergeletak pisau mengkilat
Membelah apel yang menggelinding di pekarangan
Lepas lalu terhidang di atas meja persembahan
Lezat getirnya kita nikmati bersama
Di ubun-ubunmu seperti dulu tergambar
Sebuah peta buta menunjuk jalan hitam
Pergulatan yang kita alami pada masa silam
Saat menyisir padang kelam demi kelam
Menyimpan pisau sebilah demi sebilah
Tajam matanya kini tergolek di atas meja
Bersama belahan-belahan apel yang tersia
Mengerling ke sudut-sudut jiwa mencari mangsa
Siap mengiris rekahan bibir ranum tembaga
Sedang bulan tua di pekarangan masih terjaga
Semarang, 2011
Komentar
Tulis komentar baru