aku tersungkur
dalam sujud yang kelabu
basah tanah yang kucium
dengan air mata
rindu
cinta yang kupuja
kini luruh
bersama pasir dalam genggaman
duhai Zat pengikat hati para hamba
kembalikan cinta kepadaku
seperti sedia kala
haruskah aku meraung dalam sujud ini
memohon kepadamu tuk seribu kali
berharap dan terus berharap
akan engkau turunkan mukzizat kepadaku
untuk dicintai
haruskah kutumpahkan segala peluhku
sampai aku tak tahu harus berucap apalagi
tuk mengadu
Tuhan...
adakah kehidupan kedua yang bisa kujalani
bersamanya nanti
mengukir kembali jalan-jalan kehidupan
yang sempat terhapus
oleh waktu
Tuhan...
aku kembali memohon kepadamu
mengemis kasihMu
untuknya dan diriku
andai raga ini tak mampu menahan segala duka
karenanya
harus kemanakah aku
adakah Dirimu masih mau menerimaku
penghamba cinta ini
aku takut Engkau menghinakanku
karenanya
karena cinta yang kumiliki
andai... oh andai..
hidup dapat memilih
......................
aku hanya ingin mencintaimu
tanpa rasa sakit
Komentar
Sedikit apresiasi: Bahwa
Sedikit apresiasi:
Bahwa puisi merupakan pengejawantahan dari penulisnya sendiri, lalu ketika kita kaitkan dengan kehambaan kita pada puisi bertema religi maka kita tetap harus menjaga nilai kehambaan, bahwa nilai kehambaan tersebut ada batasan sampai dimana kita bebas mengekspresikan ide yang ada
Nilai atau konsep penuntutan jangan sampai terkesan menghujat, karena sebagai umat yang beragama kita perlu memilah antara memohon dan menghujat,
Saya kira begitu saudariku, agar dalam bersastra tetap pada koridor yang memang tidak pernah diukur oleh satu aturan pun
Terus berkarya, jangan berhenti sampai di sini
jika ada waktu mampir di pondok puisiku sekedar melihat-lihat ladang kata yang telah tersemai
SALAM SASTRA DARI TANAH BATAK
ahlan wa sahlan salam kenal salam persaudaraan
=@Sihaloholistick=
Tulis komentar baru