Hujan, dan Penyair di Bawahnya
Mari, teruslah kita berpura-pura tegar
seperti batu.
pura-pura tak menggigil
meski remasan sunyi itu sungguh
memeras tubuh kita hingga terkuras.
Kemarau telah pergi. Telah mati
bersama arang-arang rimba yang basah.
Tapi huruf-huruf apa yang menuliskan sunyi
sampai-sampai petir pun tak
bisa menggugurkannya dari langit?
Sunyi, hei virus-virus resah yang selalu betah menghuni kaca jendela basah!
jangan terlalu kuat kau bacai tetes-tetes hujan itu. Tolong jangan melolong
Aku bisa gosong.
Hei virus-virus rindu, yang nyusup hingga empedu. Pahit! Hujan ini, membelilit rohku
yang basah-kuyup
melukisimu menjadi sebait puisi
dan menyihirmu menjadi seekor peri
yang sudi menari di dinding kamar.
Samosir hujan, September malam '16
Komentar
Tulis komentar baru