Peradaban ini,
Sintingnya melebihi waktu purba.
Orang-orangnya adalah makhluk
pelecehan genetika atau mutasi DNA
atau pelencengan evolusi
atau mungkin hasil eksperimen Tuhan :
Perkawinan silang manusia dan binatang,
maka moralnya setengah-setengah.
Di periode ini,
Pithecantropus tak lagi hidup
tapi yang tumbuh ialah spesies Bengiskus Jahanamus.
Ya, manusia bengis rakus juga jahanam tak terurus.
Stelan sehari-hari : Tuxedo mewah, agak angkuh dan munafik.
Spesies ini ahli dalam tindas menindas, saling acuh,
juga saling tipu,
seolah-olah siap jadi produsen dalam rantai makanan.
Usus mereka tigapuluhtujuh lapis, maka
muat melahap sebanyak-banyak orang kecil :
pemulung, pengemis, tukang asongan dan makhluk se-genus lainnya.
Sarang koloni ini ialah goa-goa langit
berdinding kaca di habitat perkotaan. Di situlah
mereka kawin, beranak dan berkembang.
Senjata mereka bukan lagi cakar atau kapak tulang,
melainkan sejulur lidah.
Mereka jilati bokong buruannya kemudian mereka
lumuri dengan ludah. Lalu buruannya akan
berak sari dan itu yang mereka konsumsi.
Mereka jadikan konstitusi sebagai kedok,
nyatanya hukum rimba dan hukum samudera diusung tinggi.
Spesies ini memang parasit kelas elit,
mereka pandai memonopoli kekayaan, maka spesies
lain tak terbagi dan jatuh miskin.
Kalau bertikai sesama pemangsa, mereka
bakal pakai taktik politik Divide et Impera.
Mereka bakal pertempurkan lawan mereka sesamanya.
Pantaslah spesies ini jadi predator utama.
Sayangnya, individu spesies ini ialah seorang Chauvinistis.
Maka mereka menganggap diri adalah dewa. Karena itu,
sesama anggota spesies bakal saling terkam saling hantam.
Populasi spesies ini memang berkembang dengan cepat
karena kelihaian adaptasi bintang lima mereka.
Ya, spesies ini sudah ada di negeri ini.
Ya, peradaban ini ialah peradaban kini.
Ya, kita menuju peradaban tanpa adab.
Muntok, 24 Maret 2013
Komentar
Tulis komentar baru