ku tulis kesejahteraan
di wajah lusuh sejuta anak-anak Indonesia
yang kehilangan peluang
untuk mendapatkan pendidikan
karena mahalnya harga pendidikan
dan BOS yang dulu jadi mimpi indah
telah berselingkuh dengan politik
telah tidur dengan kepentingan pribadi
dan sebentar lagi BOS-BOS itu akan bunting
dan melahirkan anak-anak
berwajah lusuh dan kusam
ku tulis kesejahteraan
di wajah letih ibu-ibu bunting
yang kehilangan asuransi kesehatan
dan peluh kecemasan mendidih
mengingat mahalnya harga bersalin
tapi alokasi dana untuk itu
disunat oleh dokter nonprofessional
sehingga menyisakan infeksi
di seluruh hati anak-anak
yang lahir dengan kondisi
yang paling mengenaskan
hingga mereka dewasa
infeksi itu membrutal dalam tubuh
ku tulis kesejahteraan di mata katarak tua
orang tua kita tak bisa meraba terang
dan tulang ostioporosis
tak mampu mengokohkan semangat muda mereka
ku tulis kesejahteraan di titik peluh petani
karena pupuk subsidi sudah melangka
dan pupuk nonsubsidi harganya telah menelanjangi mereka
dan langka pula subsidi minyak tanah
gara-gara asupan elpiji telah sampai di pedesaan
ku tulis kesejahteraan
di atas air yang menggenangi jalanan
di atas debu yang berhamburan
di atas ruas pengangguran
di atas bisa kemiskinan
padamu aku bertanya:
dapatkah kau baca kesejahteraan yang ku tulis itu
jika tidak, begitulah kesejahteraan di Indonesia
jangan kau harapkan, kawan
(2011)
Komentar
Bopeng-bopeng wajah pembangunan kita.....
Bopeng-bopeng wajah pembangunan kita, bernanah dan menyengat baunya....Kesejahteraan dapat diibaratkan sebagai sebuah desa kecil yang sulit untuk dijangkau dari sana-sini, karena akses jalan menuju ke sana hanya dimiliki oleh segelintir manusia indonesia! Puisinya tajam, bicara apa adanya, dan tentunya kita tidak perlu pesimistis dengan masa depan indonesia. Siip! Maju terus kawan dengan karya-karya yang lain!
Beni Guntarman
TERIMA KASIH ATAS APRESIASI DAN MOTIVASINYA
Terima kasih atas apresiasi dan motivasinya bapanda,
=@Sihaloholistick=
Tulis komentar baru