Kucintai Batu-batu
oleh edi sst
Kucintai batu-batu
Setelah kau tanggalkan waktu
Tak peduli lagi kepada wajah rembulan
Yang mengintip manja di sela-sela dahan
Tak peduli lagi kepada gemercik pancuran
Yang kini hanya menetes satu-satu
Airnya tercekat oleh kelu
Kucintai batu-batu
Setelah wajahmu tak membasuh nyeri
Luka tusukan belati yang ternyata terselip
Di ujung hari dengan mata nanar tak berkedip
Menatap sepatu kaca yang tak lagi menghibur
Hanya percikan darah hitam terhambur
Menjadi tinta beku tanpa rindu
Kucintai batu-batu
Sambil kuhitung butir-butirnya
Kusimpan dalam saku hati yang menganga
Biar menjelma lagu cinta yang mendamba
Bersama alunan buluh perindu gembala
Sebagai pengganti ukiran halus tanganmu
“Akankah cinta dan batu bersatu?” tanyamu
Kucintai batu-batu
Setelah bayang tubuhmu tak lagi
Utuh tergambar di permukaan air kali
Yang arusnya terus menampari tirai kabut
Begitulah waktu mencipta kisah tanpa ragu
Sebuah instalasi tentang cinta, air, dan batu-batu
“Kecipak air pun bertutur tentang cinta dan batu-batu”
Semarang, 2011
Komentar
seperti dendam yang terburai
Menarik sekali seperti dendam yg terburai
Kucintai batu batu
Setelah wajahmu tak membasuh nyeri
...........
Kucintai batu batu
Setelah bayang tubuhmu tak lagi
Utuh tergambar di permukaan air kali
trims Ugi ...
ahahay ...
Ugi, terima kasih telah mampir ke lapak sy ini
hehe ... sbenarnya ini ttg rindu yg lbh dr skadar dendam
salam hangat untukmu, Ugi .. :)
sugeng enjing mas Edi sst
aku mencintai bayangan cahaya yang membatu
juga dengan belati ditiap pendarnya
menusuki rindu diseluruh titik hatiku
sebuah kerinduan ...
ahahay ...
sugeng enjing ugi ...
sebuah kerinduan yg membatu
dpt menggoreskan luka, perih
Trims Mas Minto. Maaf, telat mbalasnya
salam hangat ... :)
Tulis komentar baru