Malam
usahlah kau tunggu hadirku
dalam kekang memendungiku
dalam pekat yang telantarkanku
namun aku ada walau tak kasat mata
usahlah nelangsa kalbumu
aku tak tampak namun selalu ada
gairahku mungkin tak lagi merah
namun hasrat menyatu dalam darah
bukan kau yang seharusnya menantikan aku
tetapi aku yang menanti putaran waktu
aku sedang tidak dalam bungkamku
melainkan bibirku lumpuh tersekap dan terkunci
langit meraung-raung
airmatanya tumpah meratapi bumi
namun aku tak akan bergeming
karena ku tahu ada masanya mentari kan menyapa aku
Komentar
Tulis komentar baru