-tiba-tiba saja merasa takut jika kau tak hadir kembali, duhai wanita mulia-
Hujan telah berhenti
Tanah coklat tandus telah basah
Namun tak jua tangismu mereda
Lihatlah sayang...
Bukankah rintik gerimis itu menggemaskan?
Menari dengan jenaka dan tersenyum nakal
Mengedipkan matanya
-indah-
Aku masih saja disini
Mendengar celotehmu
Diselingi sesak yang terdengar begitu menyiksa
Sudahlah, sayang...
Bukankah rajutannya belum selesai?
Mari merajut kembali
'Kan ku pilinkan do'a agar kau tetap dalam alur yang kau canangkan
Detik berjalan begitu lambat
Seperti usai menaiki anak tangga ke-99
Letihkan dirimu, sayang?
Tinggal satu anak tangga lagi
Berjuanglah!
Jangan buat aku menangis
Akankah kau larutkan senyawa semangatmu pada lumpur itu lagi?
Jangan, sayang...
Mendekatlah
Mendekatlah
Biar ku peluk hingga isakmu usai dan tanah akan kembali tandus
Biar ku larung letihmu, sayang
Jangan menangis lagi
Aku tersayat mendengar isakmu
Jangan kau sesali lagi
Aku terpukul menatap redupnya binar matamu
Jangan, sayang...
karena kau adalah wanita tegar
yang tuhan ciptakan untuk terus meniti langkah
dalam setapak
ataupun dalam tanah hijau
dimana rumput tumbuh dengan subur
semoga tuhan membalas kebaikanmu, sayang
Komentar
Tulis komentar baru