MIMPI SANG BAYI
Oleh: Emil. E. Elip
Karena penasaran atas kabar yang merebak
aku temui Mariam malam itu di sudut balik kandang.
“Manis kali anakmu Mariam”, kataku.
“Memang begitu…Sepertinya dia bukan bayi biasa”,
sahut Mariam berbisik.
Jengkerik malam bersahut-sahutan
suaranya menimpali hati kami berdua tentang anak itu.
“Boleh aku menggendongnya satu saat nanti, Mariam…”,
tanyaku memohon.
Tampak sekali rautmuka Mariam begitu berat.
“Mengganti popoknya saja mungkin aku tak layak,”
jawab Mariam.
Aku mengerti maksud Mariam
Dia begitu senang namun juga berbeban sangat berat
seperti sedang menggendong bertumpuk-tumpuk batu….
“Apa yang kau impikan tentang anakmu itu”, tanyaku berikutnya.
Tidak segera ada jawaban.
Burung hantu malam mulai keluar dari sarangnya,
dikejauhan kicaunya redup.
Mariam terdiam sejenak…
“Sepertinya Dia membawa mimpinya sendiri
tentang Kehidupan dan Keselamatan”,
sahut Mariam kemudian, sangat pelan.
Setelah kata-kata itu tubuh Mariam lemas bergetar.
Dia kelihatan bimbang, tetapi matanya berbinar dan terang.
Anaku laki-laki pun manis, seperti anak Mariam ini.
Kini dia tumbuh dan bermain apa saja dengan sebayanya.
Aku bangga padanya, tetapi juga terasa berat beban biayanya
“Mariam,…beri air susu mu yang terbaik.
Usahakan makan yang bagus biar Dia tumbuh sehat,”
pesanku diakhir pertemuan kami.
Bukan apa-apa.
Aku hanya khawatir,
banyak anak-anak di kampung kami yang miskin
mati kurang gizi karena kehidupan kami
yang rata-rata melarat!!!
Yogyakarta, 2020
Kisah menggugah:
Komentar
Tulis komentar baru