Berhenti sejenak di perjalanan waktu
menengok masa kelam yang pernah terlampaui
bersandar di punggung bangku
yang terbaring di kekacauan negeri
Adakah perih yang lebih bahagia
daripada mereka?
tangis kesenangan
tawa kesedihan
membahak pada trotoar-trotoar jalan
lalu lalang tidak karuan
terbahak-bahak pada kesendirian
seakan-akan sedang
menertawai tuhan
hari ini mereka hanya memakan waktu
menghabiskan detik dengan kotoran
tenggelam dalam lapar yang amat dalam
menyimpan kotoran di tempat pembaringan
sebagai sumber pakan untuk hari esok
Apakah mereka punya hati?
walau hanya menangisi waktu?
Bahkan mengeluh saja mereka tidak sanggup.
Komentar
Tulis komentar baru