Aku mau jadi puisi. Saban malam hadir di sekat-sekat hujan. Jadi kenangan buat si pacar, atau sekedar bermabuk-mabukan di dahan yang rendah. Kalau hujan berhenti dan bulan datang, aku akan jadi sinarnya yang hadir di sisi ranjangmu. Supaya tidurmu lelap tanpa prasangka.
Aku mau jadi puisi. Jadi metafora yang mengiris-iris kalau kau sedang gundah. Jadi umpatan pun boleh, aku bisa jadi apa saja, meski terkadang susah sekali untuk membujukmu tersenyum. Apa aku mesti jadi syair lagu yang isinya bualan para majenun?
Ah, aku lupa. Terlalu banyak pengandaian malah membuat puisi jadi kosong saja. Dan kau tak pernah suka itu.
Isshhh, apa aku mesti berubah lagi jadi syair yang lain?
***
Komentar
Tulis komentar baru