Kota Jadi Neraka Di Bulan Mei
Dengan mata sipit, kau mengintip dari celah bilik. Terlihat mobil berkaca hancur, wajah toko-toko yang terbakar, pemuda membawa parang--mewarnai kota dengan darah segar.
Kau kira semuanya mimpi, tapi inilah kenyataan. Ketika seluruh kota disihir menjadi neraka. Anjing jantan dengan berahi menjijikkan, merampas kesucian babi-babi perawan. Kini kau tutup rapat-rapat matamu. Ada jerit tertahan di kerongkonganmu. Ada air seni lolos dari celanamu. "Di mana Tuhan?" tanyamu seraya merintih.
2022-2023
Kau Menatap Akhir September
Balas dendam dan kebencian sama-sama haus darah. Mereka tak pernah meminum susu.
Rumahmu serasa diawasi elang dan kau merasa belum aman. Kau tatap semuanya seperti menonton film thriller. Ketegangan berlari, tertangkap, dan diseret paksa oleh malaikat kematian.
Kau rasakan ngilu berat, saat menatap sebuah kepala dibantai. Menggelinding seperti gundu. Kau bahkan hampir pingsan.
Rumput amis darah, lapangan dipenuhi jerit istri kehilangan suami, tangis anak-anak melawan sunyi. Sedang celurit bersuka cita, kemenangan sejati adalah bisa membunuh.
Di depan kali, kau lihat air semerah gincu. Jasad mengambang tak menentu. Itulah keberanian dan kekejian masa lalu.
2022-2023
September Di Priok
Kau benar-benar tak mengerti, mengapa ia menyopot spanduk? Sedang dia lupa untuk telanjang. Mencoba masuk tubuh Tuhan lebih dalam. Api dalam dada warga berkobar, membakar hati, menghanguskan kendaraan.
Seperti maling, pria baju loreng disandera. Terjadi adu senjata, kau tak mengerti apa-apa. Kepanikan merata, darah terciprat ke mana-mana.
Sungguh dosa ditumpuk hingga ambruk. Kau gemetar, saat jendela dilempar batu dari luar. Simpatisan menggedor gerbang dengan rotan.
Hakim dirasa buta dengan suasana, bingung menentukan tersangka. Kau tatap ratusan mayat dimakamkan tanpa nama.
Di mana tak ada gulita?
Sedang moncong pistol,
mengincarmu di mana-mana
2022-2023
Mengingat Sarinah
Kopi diaduk, melebur stressmu dari kantor. Tujuh orang masuk, starbuck cukup sibuk. Di luar, jalanan padat dengan penilangan. Tak ada angin, Bum. Kaca pecah, jeritan menjadi. Tubuhmu terpental dengan dahi terluka. Ada bom lagi melilit tubuh. Bermata buta, bersayap kiri. Meniru kerja iblis, mencipta teror. Adu tembak menjadi tegang. Kau dan lainnya harus lari, bersembunyi, menunduk. Darah membasahi pelipis temanmu. Di luar, gedung roboh tinggal tiang. Jalanan ambyar. Semua orang dalam ketakutan. Badanmu gemetar, matamu memandang nanar.
11 September 2022
Komentar
Salam ketemu di sini ya mas.
Salam ketemu di sini ya mas. Puisi2 yang mampu menghipnotis pembacanya
Terimakasih Kak sudah mampir
Terimakasih Kak sudah mampir
Tulis komentar baru