Sejak ia membiasa menghutan tunanya, didapatinya sepercik api
dari zulmat itu, sejak tingkah yang masih singgah, masih leceh, ke riwayat diri
yang masih ia kisahkan. Sesekali ia timbang juga orang-orang datang itu: birahi
yang pandai menumbang batang tegaknya, maka, “Demi kalian yang tak sampai
mengaji ragam sakit,” sendu batinya yang biru. “ telah kusarangkan empuk ini
pada tunggul sehentak selambai pucuk yang dedaunnya jatuh ke arus sungai.
“Aku tak akan melukaimu, sebab akulah si luka yang buta akan darah di lekuk tubuhmu.
Tapi dari segerak tingkah yang samar, aku mengetahui demam apa yang membuatmu igau.”
ucapnya ketika aku sampai ke merah kubu dimana desau kapak yang dungu hendak memayat
kannya. Setiap kali aku bersandar padanya, aku menjadi kaya dan selamat dari sebuah jerat.
Padang, 040212
Komentar
TUNA TUNA
lama aku menjadi tuna tuna
sebelum eja
sebelum patah kata yang pertama
lalu kau datang dengan tuna lainnya
kemarilah kusantap mesra
Imaji Bangko 1433
Tulis komentar baru