Aku adalah segala bentuk kebisingan
Aku adalah kicauan politikus yang didengar orang tak berdosa
Aku adalah campuran hiruk pikuk pedagang
Aku adalah segala keramaian pasar di tengah kota
Kamu berdiri di antaranya
Terhenung bersama sepi dalam bungkusan kusut kata
Kamu yang melihat lewat sisi jendela berbeda
Keanehan manusia tak menikmati alam tapi keramaian
Aku adalah teriakan tukang obat
Teriakan tukang bakso, sayur mayur di bawah awan gelap
Aku adalah tawaran beras dalam timbangan
Aku adalah segala keberisikkan suara tak hiraukan rintik hujan
Kamu lah yang menikmati keramaian dalam kesunyian
Kamu lah yang peduli akan awan gelap dengan rintikan hujan
Kamu yang mengamati setiap orang membuang sampah sembarang
Tetapi kamu tetap ‘diam’ melihat jeritan kesakitan tangis alam
Bagaimana aku bisa bertamu?
Jika pembeli adalah penghasilanku, dan rintik adalah membuang waktu
Aku hidup dalam kegaduhan, kamu terus bernafas dengan tenang
Aku tetap melihat segala persaingan, kamu hancurkan harga bagai seniman
Dimana kita akan bertemu?
Menikmati rintik di tengah keramaian yang adalah pekerjaanmu dan aku
Kayu Agung, Palembang, 3 April 2014
Komentar
Tulis komentar baru