I
kau tinggal,
di sini rumah-rumah bisu
warna-warna nasib melekat dengan bibirmu
warna yang tersisih dari serbuk-serbuk debu
yang melintas tiap hari
menyisir rumputan dan berkeliling pagar
gedung-gedung baru
di rumah-rumah bisu
cita-cita hanya semu
usia berwarna ungu
-Menjelang sore
kau nanti suara mereka
hingga gema bedug maghrib
juga tak singgah di ruang ini
lalu sepi membalut petang
-Petang menjulang
kau sempat dengar isyarat
sepanjang tembok rumah ini
langit lebam bergegas kelam
lalu terantuk guyur hujan
lampu menjadi padam
hanya tersisa binar ublik menelusup mata mereka yang membilis
merekat dalam pekat
II
mereka bercakap-cakap,
merintih dan tertawa
padamu yang singgah sejenak
terkadang mereka ungkap lewat huruf-huruf yang disusun di meja-meja
tembok tembok dan ranjang mimpi mereka
-Isya bergelayut
rempah-rempah doa membuncah
desah-desah mereka hangat mengguyur ruang
malam terus mengalir
tergerus semilir
dan hening merayapi tubuh-tubuh mereka
jam dinding berdetak lamban
berebut decak – decak dada mereka
mengiring retas air yang ditiris genting
III
-Paruh malam
semua membelam
lelap
di atas ranjang
ada isyarat yang terungkap lewat jemari yang muda
lalui guratan waktu dan catatan angin
kuncup fajar nampak merunduk
rebah di rumah-rumah bisu
Purbolinggo, 2006-2007
Komentar
Tulis komentar baru