Yang tersimpan rapih dalam bungkusan sepi
Tiada kawan dan saingan
Menanti menunggu datangnya api
Lupa akan hidup dan mati
Tak sadar akan bau dan wangi
Sebatang bambu menantang angin
Tertancap rendah di bawah tanah
Katanya dia menari bersama dengan intim
Dan tumbang ke dasar ranah
Tertusuk tajamnya panah
Kemudian basah dan basah!
Sebatang tiang menantang langit
Runcing ke bawah tumpul ke atas
Tinggi berdiri angkuh pada jalan sempit
Terus bertahan terus terang tegas
Puluhan tahun terpapas
Waktu dan usia yang tak pantas
Berpesta di atas ‘tak mengenal batas
Sebatang lidi pada genggaman tangan
Coba bersihkan debu ketidakjujuran
Mudah patah, mudah diadu-domba
Kebersamaan jadi tujuan
Satukan kekuatan menopang beban
Kita sapu segala sampah untuk masa depan
Sebatang menantang
Adalah api pada kesendirian lilin
Segala godaan dari iblis yang mengangkang
Pasrah sunyi, mati ditikam angin
Sebatang menantang
Melawan arus yang kuat menghanyutkan
Sebatang adalah pengorbanan
Untuk cita yang dibungkus seragam
Pagi belajar, siang kita gunakan
Malam kita akan mati
Bangunkan tembok pemisah
Dari segala ancaman nafsu
Tak ada guna
Tersesat di sana
Mati muda
Lepaskan perasaan bisu
Waktu merambat lambat
Kita sebatang penderitaan baru
(Jakarta, 1 Agustus 2014)
Komentar
Tulis komentar baru