Siap(a)kah Kamu? Dilematis Penerimaan Khalayak
Mencoba menemukan diri sendiri,
Mereka bilang, jawablah pertanyaan berikut
“Siapakah kamu?”
Lalu jawablah pertanyaan itu menjadi satu kalimat,
atau dua kalimat,
atau satu paragraf,
atau dua paragraph,
atau bahkan hingga satu esai tentang jawaban “Siapakah kamu?”
Kemudian terjawablah ia di awal kalimat dengan jawaban sederhana, tentang identitas.
Semakin lama, jawaban semakin kompleks.
Tentang sifat diri,
jabatan,
ambisi,
mimpi,
kekurangan,
dan kelebihan.
Sebelum satu esai rampung, jangan berhenti menjawab “Siapakah kamu?”
Dua atau tiga detik berhenti, berpikir sejenak.
Wajar.
Barangkali harus memilih kata yang tepat
“Supaya dapat dipahami” katanya,
atau bahkan diam sejenak digunakan untuk berpikir di lain itu?
Bahwa banyak hal yang disembunyikan.
Tentang hobi yang tidak biasa.
Tentang mimpi yang tidak wajar.
Tentang sifat yang dibuat-buat.
Atau bisa jadi tentang diri yang penuh kepalsuan?
Merenung,
Menyadari puluhan tahun hidup dengan berpura-pura
Lalu, “Siapakah kamu?”
Pertanyaan ini terngiang lebih lama
Berputar-putar dalam lamunan
Membutuhkan energi lebih tuk menjawabnya
Jawabannya kan sulit.
Pilihannya hanya ada dua;
Jujur lalu ditertawakan,
Atau menipu diri sendiri lalu diterima khalayak?
……………….
"Mengapa tidak memilih jujur lalu diterima khalayak?"
Selalu ada alternatif di antara pilihan yang rumit
Komentar
Tulis komentar baru