TERIAKAN ANGIN
Oleh: Emil E. Elip
Angin lembab yang berhembus malam itu
dari punggung-punggung bukit,
seakan ingin menyapaku:
“Apa yang kau resahkan, anakku…”
Jika melalui agama-agama kami
tak mampu mereka maknai.
Jika lewat jalanan dan corong teriakan
tak mampu mereka tangkap.
Jika lewat keluh dan tangis berderai
pun tak mampu mereka resapi.
Jika lewat tarian dan tembang
Pun tetap tak terbayang.
Angin malam…
Tolong bawa isi kepala dan hati kami.
Jatuhkan semunya itu,
di meja-meja kerja pemimpin kami
di depan rumah-rumah mereka
di meja-meja makan mereka
di kamar, di mobil, di tempat tidur,
di dompet, di saku…
pemimpin-pemimpin kami!
Kesokan hari akan kami pungut
dari tong-tong sampah.
Supaya kami tahu apakah semuanya itu:
kembali di tong sampah!
[Jakarta, 2014]
Komentar
Tulis komentar baru