Diyah sekarang tidak terganjal dengan masalah uang. Dulu ketika awal bisnisnya ia selalu berharap lelaki gagah ini memberinya uang. Sekarang tidak. Yang penting lelaki gagahnya bisa menemaninya. Meski setengah malam tidak masalah daripada menghabiskan panjangnya malam dengan kesepian yang tidak pecah.
Besok dengan Butet ia akan memeriksakan kandungannya.
Lelaki gagah pulang. Ada rasa kasihan dalam hatinya setiap ia meninggalkan Diyah. Lelaki gagah sama sekali tidak mengira ia akan terlibat dalam garis kacau balau ini.
Ia gelandangan yang naik pangkat jadi kuli aduk. Ketika menjadi kuli aduk di sebuah toko bangunan ia dilirik oleh istri yan punya toko. Ia dinaikkan pangkat menjadi pegawai toko merangkap pembantu rumah tangga.
Lalu ia disuruh menagih kepada seseorang yang utangnya sudah sangat banyak dan tidak pernah membayar. Ternyata orang itu suami Diyah. Bertemu di kamar kontrakan Diyah lelaki gagah ini merasa kasihan.
Ketika lelaki gagah ini meminjam uang untuk usaha agar bisa makan ia merasa perlu untuk meminjami.
Saat datang menyerahkan uang kepada Diyah itulah pemantik. Tangan Diyah tidak sengaja tersentuh di pegangan pintu.
Alangkah anehnya ketika tidak lama kemudian ia sudah berlari terengah-engah mendaki bukit. Dan lebih aneh lagi ketika suami Diyah sama sekali tidak bereaksi atas peristiwa yang terjadi di depan matanya,
Pagi ini sepulang dari rumah Diyah ia duduk di depan toko. Majikannya belum bangun. Sebentar lagi akam ada pembantu yang tugasnya menyapu halaman. Sekelebat terpikir kemana suami Diyah. Dan pikirannya melambung ingin menikahi Diyah. Ada tali batin antara dia dengan jabang bayi dalam perut Diyah.
Ia senyum bisa memberi uang kepada Diyah untuk memeriksakan kehamilannya.
Sudah tidak usah ada omongan lagi. Tukang sapu itu sudah tidak diminta lagi untuk membuka gerbang. Sebentar. Kunci ganda yang dimilikinya sudah seizing majikan perempuan. Gunanya ya untuk seperti pagi ini.
Lelaki gagah masuk lalu membaringkan diri di dipan bambu. Ini rutinitas. Sebentar lagi majikan perempuannya akan keluar masih dalam setelan pakaian ritual menyembah tuhan pagi-pagi.
Benar saja. pintu terbuka. Lelaki gagah bangkit dari berbaringnya. Ia melangkah masuk dan ia bertanya-tanya dalam hati “kenapa majikannya tidak menggamit lengannya, kenapa mata majikannya tidak berkedip memberi tanda agar ia masuk ke kamar majikannya”.
Ia senang pagi ini tidak ada acara lari dengan wanita yang akhir-akhir ini selaku megap-megap kehabisan nafas di garis finish.
Ah, sudahlah. Untuk apa dipikirkan. Mau ayo tidak mau ya tidak apa-apa. Lagi pula ia lelah sekali. Sisa malam setelah tidak selesai menggerogoti mangga muda hasrat Diyah bukan lagi seekor kuda.
Semalam Diyah seakan ingin menampakkan dominasinya terhadap lelaki gagah ini. Hanya dengan tangan dan bibir lidah lelaki gagah ini beberapa kali menggelepar dan kejang.
Lelaki gagah pembantu istimewa rumah tangga ini tanpa peduli ada dispensasi atau tidak, tidur di kamar khusus pembantu. Di belakang.
Ini pagi terakhir ia nekad 9 hari 9 malam membuang diri. Selain berpeluk lutut, ia sudah bisa jongkok. Sambil jongkok ia bisa menggeserkan telapak kakinya. Dan ini ia berada dekat dahan yang akan dijadikannya pegangan untuk belajar berdiri,
Allahu terus mengalun.
9 hari 9 malam tidak makan minum bukanlah urusan kecil bagi nyawa untuk bertahan dalam tubuh. Nyawa bertahan dalam tubuh artinya hidup. Hidup secara jasadiah. Jika anda bisa melewati hari kedua itu artinya baru akan masuk ke rasa tersiksa yang luar biasa. Bukan saja tersiksa secara jasadiah yaitu lapar dan haus tapi perang antara kerja otak dan kerja hati. Bagaimana mencari perimbangan antara pikiran dan perasaan.
Hari keempat adalah hari yang paling panas. Jika anda bisa bertahan dengan siksaan panas ini maka panas-panas hari berikutnya tidak akan terlalu berpengaruh.
Dua belas jam hari keempat, badam anda mengeluarkan bau bangkai. Bau ini bisa hanya tercium oleh anda sendiri, tercium juga oleh orang lain, atau hanya tercium oleh orang lain. Salah satu dari 3 kondisi itu bisa menahan lalat untuk tidak mengerumuni.
Sumber panasnya tidak ada tapi panas yang ada menjadikan kulit anda seperti terung direbus. Anda bisa membayangkannya sendiri. Hari kelima anda masih bisa berbicara meminta minuman, dan jika minum itu artinya anda gagal.
Jika lulua hari kelima maka hari-hari berikutnya tinggal nyawa anda yang “bicara”. Terserah nyawa anda apakah ia akan bertahan atau lepas. Tekad anda yang menentukan. Mati atau hidup.
(Catatan : Ini kondisi umum menempuh 99. Ada orang yang menempuh 99 ini sama sekali tidak tampak lelah tidak tampak lapar atau haus. Bahkan ia bisa berjalan-jalan).
Dengan dahan yang kini dipeluknya lelaki nekad ini bisa belajar berdiri. Hanya karena nekad saja ia berbuat seperti itu. Aturan benarnya ia harus mengisi mengisi perutnya dengan air tajin. Jika ada madu maka madu lebih baik. Pastikan betul bahwa madunya madu asli.
Kita lewati aturan itu. Kita lihat lelaki ini belajar berdiri. Ia mungkin bisa berdiri tapi dengan kondisinya sekarang tidak mungkin ia turun dari waru doyong sangat tua itu.
Ia duduk lagi kemudian berbaring.
Inilah saatnya aku menampakkan diri.
Ia terkejut ketika melihat aku sudah berdiri di dahan bagian ujugn kakinya. Aku memberinya senyum dan karena aku tahu ia sudah bisa duduk aku minta ia duduk.
Ia duduk bersila menunduk.
“Kau telah selesai 9 hari 9 malam, ini adalah hari ke 10. Dengan baik-baik. Catat dalam ingatanmu. Kau telah bertemu dengan 12. 12 adalah YUSUF. Penderitaan akibat ulah saudarnya berakhir dengan kebahagiaan.”“Engkau telah bertermu dengan 24. 24 adalah AN-NUR. Perjuanganmu nekad 9 hari 9 malam semoga menjadi cahaya penerang untuk kehidupanmu yang akan datang.”
“Engkau telah bertemu dengan 36. 36 adalah YASIN. Jadikan Yasin sebagai jantung hidupmu. Di dalamnya ada pringatan tidak menyembah setan. Setan itu adalah musuh yang nyata. Setan yang nyata sekali adalah ketidakjujuran,”
Komentar
Tulis komentar baru