Skip to Content

Kabar Untuk Simbah Kakung #2

Foto Veronica Um Kusrini

#2

“Nduk, simbah ngerti kenapa kamu tidak suka membaca buku ini, tulisannya kecil-kecil dan tidak bergambar bukan? Kalau simbah ke kota nanti, akan simbah carikan yang bergambar, sehingga kamu bisa mengerti isinya. Ini adalah tuntunan hidup, Nduk ya. Sekarang tidak apa-apa belum membaca, namun nanti kamu harus berusaha membacanya  Nduk ya, berjanjilah sama simbah,” begitu nasihat simbah kakung kepadaku. Nasihat yang agak ganjil. Biasanya dia akan menasehatiku agar tidak bermain ke kali nanti kena arus dan tenggelam, atau jangan bermain di sawah milik orang karena kawatir akan merusak padi. Namun kali ini nasihatnya aneh. Aku harus membaca buku tebal yang sudah lusuh di tangan simbah kakung? Bagaimana aku akan membacanya, tulisannya saja sudah kurang jelas karena kertasnya yang sudah terlalu usang. Namun, pantang bagiku membuat sedih hati simbah kakungku ini. Dengan mantap aku mengatakan  “Iya, Mbah aku berjanji suatu saat aku akan membacanya.” Mata tua simbah kakung berbinar-binar mendengar janjiku. Dia elus rambutku, kemudian aku pergi bermain.

Ya, aku memang ingin bermain, namun hatiku benar-benar tidak tenang dengan perkataan simbahku. Apa sih sebenarnya isi Kitab Suci itu? Sekilas aku masih ingat isi yang pernah kubaca berdua bersama simbah kakung. Ceritanya tentang bagaimana bumi ini di ciptakan. Pada awalnya katanya daratan dan air itu bercampur kemudian oleh Tuhan dipisahkan terus ada matahari. Kala matahari itu muncul maka disebutlah siang, kalau mataharinya hilang maka disebutlah malam. Ketika hal itu kuceritakan kepada temanku, temanku pun dengan antusias menanggapinya. Kata mereka kalau matahari pas hilang itu karena ada buto ijo[1] yang menelannya. Karena ada buto ijo maka semua anak-anak harus masuk ke dalam rumah agar tidak dimakannya. Sejak itu aku jadi sering ketakutan jika keluar malam. Benarkan karena ada buto ijo?

Tentang buto ijo ini kuceritakan kepada simbah kakungku. Dia mengatakan hal itu tidak benar. “Siang dan malam adalah hasil karya Tuhan di hari pertama, sementara buto ijo itu anak buahnya Lucifer,” kata simbah kakung. Lucifer? “Apa itu Mbah Lucifer” tanyaku sangat ingin tahu. “Marilah, duduk di sini, aku akan menceritakan siapakah Lucifer itu, namun sebelumnya tolong simbah dulu. Tolong ambilkan obat di rak obat itu, kalau tidak ada tanya ke simbah putri sana, simbah putri yang menyimpannya.” Aku segera menuju ke tempat obat. Tidak ada. Aku mencari simbah putri tidak ada juga di dapur. Dengan agak panik aku ke luar menuju tempat sirih di tanam, pasti simbah putri ada di sana, sedang memetik daun suruh untuk nginang[2]. Kupacu langkahku, karena terakhir tadi kulihat nafas simbah kakung sudah teramat sesak disusul letupan batuk-batuk. Sesampai di tempat sirih, simbah putri tidak ada. Kemanakah simbah putriku?  (** bersambung)

***

 

[1] Salah satu nama hantu yang berbentuk raksasa berwarna hijau.

[2] Memakan sirih dan pinang

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler