Skip to Content

Dua Ratus Kalimat Cinta untuk Mey

Lantunan ayat-ayat cinta itu kembali hadir dalam kemarau hatiku yang kian gersang, dua ratus ayat cinta itu menggantikan sembilan puluh delapan harapan yang hanya menjadi kenangan yang kian menyesakkan. Kini seratus dua harapan baru telah menjemputku untuk menjadi wanita yang paling sempurna setelah jubah hitam sempat menyelimutiku saat aku merasa benar-benar rapuh.

Mungkin Aku Lupa

Aku mungkin lupa

dimana kusimpan aroma hujan

yang kauberi padaku waktu itu

Juga warna mata dan rona senyummu

 

KETIKA POLITISI BERPUISI

ketika politisi berpuisi

alih alih orasi

caci dan maki

Perempuan Jalang

PEREMPUAN JALANG, 1

 

Di perempatan kota, sepasang mata jalang menyala

senyum-senyum mungilnya hangus terbakar tanduk-tanduk kerisauan

Hidayatul KhomariaDua Ratus Kalimat Cinta ...Mega Dini SariMungkin Aku Lupa
ombiKETIKA POLITISI BERPUISIJoan UduPerempuan Jalang

Prosa

hujan pertama

awal november, akhirnya turun hujan juga. hujan pertama, serasa betul bau tanah kering diguyur air hujan. hmm, baunya khas betul.

dan aku hanya melihat hujan ini dari balik jendela kaca. ada percikan-percikan kecil serupa kembang api ketika air jatuh dari genting ke tanah. indah sekali hujan pertama ini.

Pohon Sawo

Di samping rumahku tumbuh satu pohon sawo. ditanam oleh kakek semasa hidupnya.

“Pohon sawo itu ditanam bahkan ketika kau belum lahir.” kata ayah. aku ingat, itu ucapan ayah ketika aku masih SD.

Berebut Makanan

Tengah malam menyelimuti kota. Pengemis tua itu berdiri di luar pagar restoran. Di sisi gelap dari terangnya lampu jalanan tubuhnya tersembunyi. Dan matanya mengawasi tong sampah itu.

Tak jauh darinya ada anjing juga.
“mungkin aku akan kalah cepat lagi dengan anjing itu.” bisiknya, dan perut yang belum terisi sejak siang itu mulai terasa nyeri.

Ku tak seburuk yang kau kira

Ku tak seburuk yang kau kira

Bunyi dering handphone tepat pukul setengah Sembilan malam. Lalu Lala membaca sms darinya

“Selamat Bobo yach Adhe sayang,

smoga mimpiin aku,

I Love you so much ^_^”

cerpen : seperti mimpi

Angin berhembus sepoi . Kokok ayam mengalun lembut ditelingaku. kicauan burung,seakan memgoyak keheningan pagi. . . Fajar nan indah terlukis diawan. Namun tak seindah hari itu. PAGI. . . . Aku masih sibuk di dapur . Memasak,mencuci piring,dan, , ,melakukan hal yg smestinya tdk aku lakukan. Itu kulakukan demi ibu, . Yah, ,ibu, ,hanya seorang ibu. Dialah nafasku.

Malin Kundang Bukan Anak Durhaka Kata Ibunya.

Pantai Air Manis, manusia batu, kutukan ibu, dan anak durhaka adalah sebagian perkataan yang tak mudah dihapus dari ingatan wanita yang bernama Rubayah binti Haji Mahmud. Ia dipanggil Mande Rubayah atau Mande Malin (mande artinya ibu).

Kuburan Terindah

Kuburan terindah. ya itu impian ku, tapi aku belum mau meninggalkan raga ku, untuk saat ini. Biar itu sudah suratan tapi aku tetap berdoa memohon aku tidak akan meninggalkan raga ini.

KISRUH

Hening. Panas menguap meledak-ledak. Di atas kepala-kepala berkerudung sejenis penutup transparan dan berair yang bertumpah ruah di dasar sebuah danau. Kering kerontang. Hanya terlihat bertitik-titik butiran air berkilauan memancarkan spektrum bianglala matahari. Gumaman panjang bercampur desah keluhan keluar dari mulut-mulut berair itu.

Suatu Waktu

Jerit kesakitan tak sempat melangit. Tersangkut pada serupa dinding pekat, gelap dan hitam di keempat sisinya. Atap datar juga hitam. Hanya bisa mendengar sendiri. Di luar ? Tidak berbeda. Tidak ada siang dan malam. Di manakah ? Entahlah ! Hembusan anginpun tidak ada. Air ? Apalagi ! Tapi ? Pertanyaan lain tiba- tiba terangkai dalam kesepian yang menggigit ini. Lagi-lagi seperti jeirtan kesakitan, pertanyaan-pertanyaan itu tersangkut pada serupa dinding pekat di keempat sisinya. Di manakah ? Entahlah ! Lengkingan itu memasuki gendang telingaku. Makin keras, makin menjadi lalu sekejap lenyap. Sunyi senyap. Kemudian berulang lagi, berulang lag. Begitu kejadiannya. Setiap waktu dan tidak pernah berhenti. Entah sudah berapa lama hal itu berlangsung. Semuanya absurd. Tapi tidak bagiku. Fenomena ini adalah keseharianku. Aku sudah terbiasa mendengar dan menyaksikan serentetan peristiwa ganjil yang mendirikan bulu kuduk itu.

Dicubit Nurani


            Biarkan angan itu melambung jauh, melewati garis tipis yang kau kira tembok keras…..

Sindikasi materi

Bookmark



Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler