Skip to Content

Dua Ratus Kalimat Cinta untuk Mey

Lantunan ayat-ayat cinta itu kembali hadir dalam kemarau hatiku yang kian gersang, dua ratus ayat cinta itu menggantikan sembilan puluh delapan harapan yang hanya menjadi kenangan yang kian menyesakkan. Kini seratus dua harapan baru telah menjemputku untuk menjadi wanita yang paling sempurna setelah jubah hitam sempat menyelimutiku saat aku merasa benar-benar rapuh.

Mungkin Aku Lupa

Aku mungkin lupa

dimana kusimpan aroma hujan

yang kauberi padaku waktu itu

Juga warna mata dan rona senyummu

 

KETIKA POLITISI BERPUISI

ketika politisi berpuisi

alih alih orasi

caci dan maki

Perempuan Jalang

PEREMPUAN JALANG, 1

 

Di perempatan kota, sepasang mata jalang menyala

senyum-senyum mungilnya hangus terbakar tanduk-tanduk kerisauan

Hidayatul KhomariaDua Ratus Kalimat Cinta ...Mega Dini SariMungkin Aku Lupa
ombiKETIKA POLITISI BERPUISIJoan UduPerempuan Jalang

Prosa

SERANGKAIAN NADA INDAH DALAM PAGELARAN CINTA

Ada alunan harmonis mengalun merdu merayu dawai-dawai melodi manis dalam setiap kutip senyum simpul kepuasan. Meresap sangat dalam bersama nafas emosi yang damai, dalam sebuah dimensi cinta yang sangat luas. Setiap nadanya berbaur lembut bersama sejuk udara malam yang bergerak begitu pelan. Serangkaian lagu begitu rapih menempati biduk-biduk palung yang tengah bahagia.

--= Bab XIV =--

Aku tak mengetahui ini dengan jelas, tapi aku sangat begitu paham sekali akan hal ini. Bagaikan sebuah batu yg sangat besar, tetapi ada sebuah lubang yg sangat dalam, berukuran kecil, seukuran pipa seruling. Entah apa atau siapa yg bisa melubangi batu sebesar itu dengan sangat lurus.

Marahkah Tuhan?

Aku letih, nafasku sesak, tertimbun di ribuan wajah yang penuh keringat. Mengitari lorong-lorong sempit yang penuh akan rintangan. Tapi aku tak menyerah, aku terus berjalan sampai ke tempat tujuan.

 

Cerpen : Pulang

Masih saja hujan turun hari ini, dan mendung masih belum enggan untuk pergi dari kedudukannya. Jarum jam di arloji mungilku sudah menunjukkan pukul empat sore, tapi aku masih saja belum bisa keluar dari perpustakaan kecil ini.

--= Bab XIII =--

Kemarin, saat hujan masih lebat sekali. Aku hanya bisa duduk termenung di bawah pohon yg sangat besar dan rindang. Di sekitarnya ada banyak batu-batu yg berukuran cukup besar, dan terlihat seperti tersusun begitu rapi. Entah siapa yg sudah menyusun batu-batu itu sampai sedemikian rapinya. Banyak rerumputan ilalang yg tumbuh disekitar situ, terlihat sayup-sayup ketenangan didaerah itu.

--= Bab XII =--

Aku pernah berharap kembali menjadi angin, yg tak ada beban apa-apa. Mungkin memang diriku berasal seperti angin, yg tak tampak dimata, tak tersentuh, tak teraba, yg tak dapat diketahui dari mana asalnya, tapi dapat dirasakan kehadirannya. Yang mungkin juga angin itu ditiupkan oleh Sang Pemilik ketika aku masih dalam bumi suci.

--= Bab XII =--

Aku pernah berharap kembali menjadi angin, yg tak ada beban apa-apa. Mungkin memang diriku berasal seperti angin, yg tak tampak dimata, tak tersentuh, tak teraba, yg tak dapat diketahui dari mana asalnya, tapi dapat dirasakan kehadirannya. Yang mungkin juga angin itu ditiupkan oleh Sang Pemilik ketika aku masih dalam bumi suci.

--= Bab XI =--

Bagaikan sang air yg tak ada hentinya turun ke bumi, sedang Tuhan menunjukkan rahmat-Nya kepada semua makhluk. Tak pandang itu umatnya siapa saja, dan Tuhan memang Maha Rohman. Tapi ada kalanya air yg turun dari langit itu terlampau banyak, sampai meluap sana-sini. Entah karena salah siapa, apa salah manusianya, atau Tuhankah yang salah.

--= Bab X =--

Di kala siang, di teriknya matahari yang tak pernah lelah menerangi hari. Di kala malam, di terangnya sang rembulan yang tak ada hentinya menemani. Detik demi detik terurai, tercerai berai, menyusun datangnya menit. Menit pun berlalu seperti hembusan angin malam yang tak terlihat tapi terasakan cepat membumbung dalam hitungan jam.

--= Bab IX =--

Semua berlalu tanpa ada rasa yg membahagiakan, tapi itu menurut yg melihatku. Tapi bagiku inilah hakikat kebahagiaan yg selama ini disalah mengertikan oleh banyak orang. Bagaimana bisa, hal yg penuh tipu muslihat ini, mereka hadapi dgn tertawa terbahak-bahak. Apakah ini yg dinamakan jaman sudah berubah.

Sindikasi materi

Bookmark



Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler