Skip to Content

Dua Ratus Kalimat Cinta untuk Mey

Lantunan ayat-ayat cinta itu kembali hadir dalam kemarau hatiku yang kian gersang, dua ratus ayat cinta itu menggantikan sembilan puluh delapan harapan yang hanya menjadi kenangan yang kian menyesakkan. Kini seratus dua harapan baru telah menjemputku untuk menjadi wanita yang paling sempurna setelah jubah hitam sempat menyelimutiku saat aku merasa benar-benar rapuh.

Mungkin Aku Lupa

Aku mungkin lupa

dimana kusimpan aroma hujan

yang kauberi padaku waktu itu

Juga warna mata dan rona senyummu

 

KETIKA POLITISI BERPUISI

ketika politisi berpuisi

alih alih orasi

caci dan maki

Perempuan Jalang

PEREMPUAN JALANG, 1

 

Di perempatan kota, sepasang mata jalang menyala

senyum-senyum mungilnya hangus terbakar tanduk-tanduk kerisauan

Hidayatul KhomariaDua Ratus Kalimat Cinta ...Mega Dini SariMungkin Aku Lupa
ombiKETIKA POLITISI BERPUISIJoan UduPerempuan Jalang

Prosa

--= Bab VIII =--

Bulan berputar mengelilingi tahun ini, dgn penuh kebahagiaan dan ucap syukur atas apa yg telah diberi Gusti kepadaku. Menjalani waktu yg sangat singkat dalam bumi mulya dgn penuh rasa welas asih. Baik kepada sesama maupun kepada yg lain. Pernah aku menangis dgn penuh penyesalan saat aku berjalan, aku terjatuh dan tak sengaja mencabut rumput yg tak berdosa.

--= Bab VII =--

Semakin lama aku berjalan, menyusuri gelapnya bumi. Tersilaukan oleh semua yg ada di bumi mulya ini, sampai tak dapat melihat lagi sosok Asal-usulku. Semula aku bergumal dalam bumi suci, dan bertapa sekitar selama 270 hari. Setelah dari itu, aku terdoronng untuk keluar dari bumi suci, melewati jalan gowa yg sangat kecil. Aku serentak menangis histeris melihat semua isi bumi mulya ini.

--= Bab VI =--

Kemarin, aku sangat bahagia. Karena aku mendapatkan sesuatu yg sangat spesial. Sekitar pukul 09.30, aku masih berada di pasar. Untuk mencari nafkahku sendiri, menjadi seorang kuli angkat barang. Ada seseorang yg sangat berpengaruh di situ, apa yg dikatakan selalu dituruti. Siapakah dia? Dia adalah preman yg ditakuti oleh semua orang di pasar itu.

--= Bab V =--

Jalan terasa begitu licin, yg terkadang berbatu. Penuh duri, yg siap menggelucurkan darah kesakitan. Jalanan yg berkelok, banyak simpangan, dan ada tembok menghantam. Sebenarnya ini memang hakikat yg ku tuju, bagaikan ''sungsang bawana balik''. Dari ujung yg lancip menurun pengumbaran yg luas, dan dari meluas menaiki ujung yg satu lagi.

--= Bab IV =--

Semakin lama jam berputar, semakin tua umur seseorang. Bagaikan sebuah gelas besar, yg jika diisi dgn air jernih sampai penuh, sangat dibutuhkan oleh semua orang banyak. Tetapi jika terisi air sampai terlalu banyak dan tumpah, ini membuat dua jalan, banyak yg mengambil apa yg tumpah, atau malah sebalikanya alias buruk.

--= Bab III =--

Ku hirup nafas, menahan nafsu yg membabi-buta, dengan mengingat-ingat apa yg ada di dalam hati yg paling dalam. Menghaluskan gerak yg terkadang frontal, dgn kata tutur yg tenang bagaikan cahaya bintang.

--= Bab II =--

Tuhan tak pernah memandang apa yg melekat di tubuh. Adapun memandang cuma prediksi kebiasaan umum. Yg dihasilkan persepsi rasio yg terkadang mengecohkan akal. Ada yg bertopeng sama dengan wajahnya, bahkan sebaliknya dengan itu.

--= Bab I =--

Tak pernah aku menyangka, bahwa hidupku bisa seperti ini. Karena aku bukan tukang ramal. Dulu aku sama dengan mereka, pergi ke masjid di ujung desaku, untuk menghadap kepada Tuhanku. Semua keluargaku berbondong-bondong keluar rumah saat suara bedug di tabuh oleh takmir. Tanpa menghiraukan sana-sini, langsung pergi.

Ingin Haji

INGIN HAJI
Oleh : Ilham

Babak tak berujung

Pecah sudah kini tangis yang telah mati-matian ku pertahankan sejak sore tadi. tak terbaca sebelumnya bahwa petang ini jiwaku akan terguncang dahsyat. dengan sisa tenaga yang ku miliki, ku kayuh sepeda "jengki" pemberian masku, mas Zar yang saat ini entah dimana keberadaannya. tiba-tiba sosok yang tangguh dan bijaksana itu begitu ku rindukan. "mas, mas sekarang di mana?

Sindikasi materi

Bookmark



Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler