Skip to Content

Dua Ratus Kalimat Cinta untuk Mey

Lantunan ayat-ayat cinta itu kembali hadir dalam kemarau hatiku yang kian gersang, dua ratus ayat cinta itu menggantikan sembilan puluh delapan harapan yang hanya menjadi kenangan yang kian menyesakkan. Kini seratus dua harapan baru telah menjemputku untuk menjadi wanita yang paling sempurna setelah jubah hitam sempat menyelimutiku saat aku merasa benar-benar rapuh.

Mungkin Aku Lupa

Aku mungkin lupa

dimana kusimpan aroma hujan

yang kauberi padaku waktu itu

Juga warna mata dan rona senyummu

 

KETIKA POLITISI BERPUISI

ketika politisi berpuisi

alih alih orasi

caci dan maki

Perempuan Jalang

PEREMPUAN JALANG, 1

 

Di perempatan kota, sepasang mata jalang menyala

senyum-senyum mungilnya hangus terbakar tanduk-tanduk kerisauan

Hidayatul KhomariaDua Ratus Kalimat Cinta ...Mega Dini SariMungkin Aku Lupa
ombiKETIKA POLITISI BERPUISIJoan UduPerempuan Jalang

Prosa

di dalam film, setiap superhero pasti memiliki pasangan

kriingg.... kriingg...
sudah sekian kalinya telfon berdering pagi ini...
sial! aku kesiangan lagi..

seperti inilah pagiku setiap pagi.
lalu di ikuti dengan rutinitas lainnya.

KETIKA ULAMA TERTIDUR DI KERANDA MAYAT ...

“ assalammualaikum pak haji”.

“hey,,,kau,,,berhutang 2 sapi padaku..waalaikumsalam”

“maaf pak haji saya masih belum punya daya apa-apa untuk hal ini……saya butuh lebih banyak waktu,saya mohon ,sapi pak haji kan banyak,,,,saya doakan semakin bertambah rizki pak haji “.

“doa dari orang-orang yang berhutang itu tidak akan di ijabah oleh tuhan…..”

Hargailah Cinta

Hargailah Cinta

 

Kembali


Ketika matahari  tlah dijemput sang bulan

Sedang  kepakan ini  belum jua terhenti

Kadang letih mendera namun bagai tak perduli kepakan semakin tinggi

Saat sang bulan tlah berdiri mengangkangi  jagad ini

Bentangan  kian lebar dan kepakan makin kuat

CATATAN DI CADIK BIRU

"resah" ucapku pada segumpal waktu yang menjelang dalam sekelumit jedah malam menjelang subuh.
tengadahku kemudian pada semesta yang masih memperlihatkan warna kelamnya, warna yang tercampur aduk pada kelam dan hitamnya nilai-nilai norma yang tergelayut pada jedah di batas-batas aksara dan kata.
tanyaku ringkih kemudian menjejak pada seonggok kata yang disebut duri, “mengapa kau sebut duri?, ketika kisah asmaradana termaktub dalam kitab-kitab cinta di selasar waktu”
diam dan diam kembali semesta yang merajuk pada kaki langit, memeluk kaki-kaki semesta dan merinaikan air mata darah pada setiap tetes-tetesnya di kelamnya lembah yang membujur dan melintang di batas cakrawala.

CATATAN DARI LEMBAH KESUNYIAN

malam semakin menunjukkan taringnya, dengan tikaman dingin yang menyentuh pundak dan kedua kakiku, yang tanpa alas, melangkah menyusuri jalan setapak lembah. jalan yang sering kulalui, ketika rembulan berubah warna menjadi merah saga. netraku menatap liar di heningnya malam, menatap setiap sudut waktu yang berkelebat hitam dan pongah, di sela pepohonan yang entah telah berumur berapa puluh tahun. bayang-bayang yang berkelebat cepat dan hitam menyeruak di sela dedaunan, dan sekonyong-konyong telah berdiri di hadapanku.

tersisa rajah namamu...

Tak ada keraguanku akanmu

Namun kesombongan mengukungku

Membuatku lupa akanmu

Lupa akan segala keindahanmu

Walau kuyakin semua untukmu, kelak

Batin berkata  malu....... Kelak? Kelak kapan?

Nanti, nanti saat kau siap ku akan menjemputmu

Ku ‘kan datang dengan segenap cinta dan gemerlap keindahan untukmu

DIA KEMBALI DAN MEMINTAKU

Ada ketukan di pintu sebelum suara salam yang lembut ku dengar. Ku jawab salam itu dengan lembut pula sebelum ku bukakan pintu. Aku tertegun saat aku menemukan wajah cantik tersenyum padaku. Aku mengenalnya. Tapi aku tak percaya. Aku tak percaya kalau ini nyata. Apakah orang ini adalah dia? Cantiknya sama. Senyum simpulnya sama manisnya.

cerita hari minggu

Pengantar koran pagi ini belum juga datang. Biasanya pada jam-jam segini teriakan koran-koran yang khas dari pengantar koran itu pasti sudah terdengar. Juga bunyi reyot sepeda pancalnya yang sudah karatan itu.

 

sepenggal kisah diantara kabut

Dinginnya udara saat itu menyelubungi sekujur tubuhku, seakan terkelupas kulit ini dibuatnya, hembus angin menambah tercucuknya pori pori ini membuatku menggigil, namun menyaksikan keindahan pemandangan di hadapanku, serasa hilang segala rasa penat dan dingin terganti dengan kepuasaan dan rasa takjub akan segala yang kulihat sepanjang mata memandang, terhampar di ha

Sindikasi materi

Bookmark



Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler