Skip to Content

Dua Ratus Kalimat Cinta untuk Mey

Lantunan ayat-ayat cinta itu kembali hadir dalam kemarau hatiku yang kian gersang, dua ratus ayat cinta itu menggantikan sembilan puluh delapan harapan yang hanya menjadi kenangan yang kian menyesakkan. Kini seratus dua harapan baru telah menjemputku untuk menjadi wanita yang paling sempurna setelah jubah hitam sempat menyelimutiku saat aku merasa benar-benar rapuh.

Mungkin Aku Lupa

Aku mungkin lupa

dimana kusimpan aroma hujan

yang kauberi padaku waktu itu

Juga warna mata dan rona senyummu

 

KETIKA POLITISI BERPUISI

ketika politisi berpuisi

alih alih orasi

caci dan maki

Perempuan Jalang

PEREMPUAN JALANG, 1

 

Di perempatan kota, sepasang mata jalang menyala

senyum-senyum mungilnya hangus terbakar tanduk-tanduk kerisauan

Hidayatul KhomariaDua Ratus Kalimat Cinta ...Mega Dini SariMungkin Aku Lupa
ombiKETIKA POLITISI BERPUISIJoan UduPerempuan Jalang

Prosa

karya wiji thukul di bawah bayang-bayang

Aku Ingin Jadi Peluru | Wiji Thukul (1999)

 

"Senja di Alun-Alun Kota."

      Mataku masih menerka-nerka, meraba-raba, dan merapat segala hal tentangmu. “Hmm… Aku hanya ingin melupakannya Tuhan.” Ujarku dalam hati sambil menikmati jagung bakar di lesehan senja di sekitar alun-alun kota. Ya, inilah tempat favoritku untuk menyendiri dan sekedar mencari kedamaian yang mengendap.

demi kekasih abadi

Malam ini udara di dalam terasa panas dan menyesakkan, berita-berita penting hingga picisan kulahap, tanpa rasa kutelan dan tak berapa lama kubuang, karena memang bukan makanan pokokku, hanya sebatas pengisi waktu menunggu....

pesantren dan bangsa ini

Tulisan ini dimuat dalam rengka mengenang perjuangan para santri, sekaligus untuk menangkis pendapat atau opini, bahwa kesufian identik dengan keterbelakangan, anti pembangunan, dan sikap apatis ......

Oleh: Agus Muhammad

bertamasnya ke-10 tempat wisata (GRATIS), mau?

Assalamu’alaikum.
Ada kabar baik untuk para pengunjung setia jendelasastra.com, kami segenap jajaran direksi penari pena writing laboratory akan mengajak anda untuk bertamasya selama sepuluh hari (gratis), kita akan jalan-jalan bersama menjelajahi dunia yang terlupakan, anda tertarik?

KORAN

Minggu pagi

Matahari baru saja turun dari petidurannya. Jalanan ramai, namun tidak padat seperti pada hari-hari kerja. Lapangan bundar di tengah empat persimpangan jalan itu mulai didatangi orang. Rumput basah sisa hujan semalaman diinjak beraneka ragam kaki. Ada yang kesana untuk berolah raga. Ada yang kesana untuk relaksasi. Ada yang kesana untuk mencari kenalan. Ada yang kesana untuk berkencan. Ada yang kesana untuk mengisi perut. Ada juga yang kesana untuk mencari peluang kenalan bisnis.

Labirin

“Mesjid raya pak?” tanyaku pada supir pete-pete yang hanya dibalas anggukan sekedarnya.

Membuat Kemenangan Bersejarah

Namaku Gusno, bukan Kusno, nama kecil Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno. Kisahku memiliki awal yang sangat sederhana. Sebagai anak petani, miskin, dan kurang pergaulan, aku memiliki semangat dan tekad sangat tinggi. Kampungku sangat sempit, terisolir, dan sering dinamakan orang “kampung sembunyi”.

Cot Lamkuweuh

Kubuka kembali catatan duka itu setelah kupendam 2,5 tahun lebih sedikit. Ada yang kutoreh pada lembar 27 Desember 2004 menjelang siang itu, ketika kuarungi lautan puing kehancuran sebuah peradaban, menyisir lautan mayat yang bertebaran, tumpang tindih, tersangkut-sangkut, terhimpit-himpit di antara sampah dan reruntuhan, untuk menujumu Cot Lamkuweuh.

Abang Garang Berlidah Pendek

KETIKA laut belakang kampung kami datangkan pasang perbani subuh tadi, pawang segala pawang hanya tercengang-cengang berkacak pinggang di simpang segala simpang. Pawang-pawang kampung sekali ini hilang rangsang. Zaman kejayaan pawang-pawang kampung mendadak saja tergerus, hangus, putus-putus! Peta kuasa pawang-pawang kini terhapuskan sudah!

Sindikasi materi

Bookmark



Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler