Api di Bukit Menoreh panas membara
Dengan geram ia bersumpah, “Aku benci kepalsuan”
‘Tak akan kutukar dinginnya hati menjadi kepalsuan!”
‘Bara keteguhan menghalau dahaga mulut yang selalu lapar,
Teduh, tak lagi gelisah!”
Api di Bukit Menoreh sendiri dalam kemurniannya
bersanding dengan keterusterangan dan keabadian
Abu ‘tak akan’ menghapus ronta geliat nyawanya
Membunuh segala yang liar dan jalang
Biar alam menjadi damai, tak lagi resah.
Api di Bukit Menoreh, dekat dengan sumber mata air
Panah pemburu tak bakal menghujamnya,
onak dan duri tak akan melukainya
Ketulusan hatilah peruntuh putus asa dan murka hatinya
Tenang, tak lagi bergelombang.
Api di Bukit Menoreh, tak biarkan mawar kuncup dan mekar
di kaki lembah dan punggung sentosa bukitnya
“Aku tak peduli,” teriaknya.
Hanya melati dan sepasang angsa yang menghiasi
gelora sungainya yang curam dan berliku
Mengalir ke hilir, tak bakal kembali.
Keteduhan, kedamaian, ketenangan
menari dalam satu birama dendangan
bersama angin terus mengobarkan apinya
Api di Bukit Menoreh, cinta dan ketegaran abadi.
Kulon Progo, 28 Des 2013
Komentar
Tulis komentar baru