I. SI MOLEK, SEKEPING SYURGA
di sinilah dia dibaringkan tuhan
sekeping syurga di selat malaka
matahari bulan dan bintang
berlayar berkilauan
seribu kisah seribu legenda
seribu gelora dalam rahimnya
dialah si comel yang tengah asyik berdandan
si molek jantung hati semenajung
perahu dan layar, laut dan camar
fery dan kapal selalu pasar, singgah dan bersandar
si molek terbaring damai, dibelai ombak dicium gelombang
dari selat ke tanjung
semilir bayu bersenandung
meninabobokan bakau-bakau yang lena bermimpi
kerlip-kerlip mercusuar, senja mandi cahaya, Temasek di ujung mata
di bawah lengkung langit yang sama
seekor camar tengah hanyut merenungi kabut
setiap kali berada di sini, dia akan selalu termangu
larut dalam pencarian
di detik-detik yang terus berguguran
ia bayangkan Hang Jebat dan Hang Tuah
datang dengan lancang kuning yang gagah
menyatukan barisan Melayu yang terpecah–belah
, menghapus air mata perahu dan sampan jelata
antara igauan dan lamunannya
tersentak ia dicium ombak
sayup-sayup dalam gemuruh
ia dengar suara si molek,
berbisik lembut membangunkannya;
“bangkitlah engkau duhai anakku
berhentilah melamun tak menentu
engkau melayu raja di laut
putera Melayu harapan ibu"
"bangkitlah putera Melayu
bersatulah, tunjukkan jati dirimu
persembahkan karya bhaktimu...!”
Batam, 01.12.2013
* Sajak ini saya persembahkan, sempena
Hari Jadi yang ke 184 Kota Batam, 18 Des. 1829 - 18 des. 2013
Kotaku, kotamu, kota kita, Indonesia, kotakanlah kata!
Komentar
Tulis komentar baru