:TAHUN YANG MEMAR
di rumah ibu yang tengah tergadai, sebentar lagi almanak berganti
mataku murung menatap bulan, desember masuk angin, muntah-muntah di pekarangan
malam termenung di beranda kelam,menghitung butir-butir gerimis
yang masih terus berguguran, menggenang di pekarangan
merendam rerumputan di halaman
jalan-jalan dan kedai-kedai lengang
pohon-pohon pasi dihempas udara yang beracun
tiang-tiang kian miring, aku terdiam meraba luka
menghitung luka di dada ibu
yang hampir pecah
terbelah-belah
malam kian larut, dari suara TV-TV yang berebut iklan
dapat kudengar suara koalisi kursi dan meja-meja
suara perdebatan-perdebatan yang kian tajam
saling tikam, entah kapan akan selesai
sementara di halaman rumah ibu
gerimis jatuh kian deras, rupiah tenggelam ke dalam jurang
hanyut dalam kelam, megap-megap dipermainkan setan
di penghujung tahun ini, bulan kian kelam
aku beranjak ke dalam kamarku, perlahan kubaring gerimis itu dalam dadaku
namun rintih rumputan yang terendam di pekarangan
membuat malamku enggan terpejam
di rumah ibu
sebentar lagi almanak baru
matahari silih-berganti, tahun-tahun berlalu
catatan itu kian kelabu
Batam, 16.12.2014
Komentar
Tulis komentar baru