ketika kedua bibir menutup diri untuk bicara
maka jiwa kan bersuar pupuskan bisu yang mendera
tiada lagi rangkaian kata lugas sanggup berkoar
berganti bahasa kalbu penuh metafor
cinta memang indah ketika mabuk karenanya
laksana menengguk air tawar serasa anggur
tapi dalam diam pahitnya tak henti berkelana
menunggu tiba masa untuk datang menghancur
wahai kau pencuri jiwa yang duduk bertahta
aku pecintamu yang semakin tuna
tidakkah kau tau aku menjadi buta
karena hati ini tak pernah henti memuja
sampai kapan harus aku menjaga hati
yang berarti aku akan tetap menjajah diri
aku di sini mencintaimu dengan sepenuh hati
nanar oleh cinta yang buatku setengah mati
suatu hari kelak jika aku tiada lagi berdiri
jangan pernah sekalipun kau memintaku kembali
terlebih memberikan lenganku untuk kau sandari
karena mungkin cinta dan raga ini benar telah mati
23 Juli 2012
Komentar
Tulis komentar baru