Kau terlalu payah
Menyikapi keadaan
Yang terhidang di meja makanmu
Ku tahu
Idealismemu tak sabar bila dicaci
Namun, apa yang kau peroleh?
Dari segala musuh yang tercipta
Oleh lisanmu yg tak kunjung sembuh
Dari penyakit mencaci
Menyeluruh ke sarafmu
Mungkin hanya kepuasan
Yang tak lama akan mati suri
Karena oleh kekalahanmu
Menguak pembenaran
Melawan benar itu sendiri
Sebagian telah berkata
Sudahlah biarkan, itu keputusannya
Namun tantrummu menyeruak
Mencari celah adaptasi
Yang kini telah bersemayam di ragamu
Ruangmu kini berkurang
Atas dari tingkah lakumu sendiri
Indikasi dangkalnya nalar katamu
Hah, semua itu maya!
Semu!
Kau tahu, dulu kau selalu berkata
Tajamnya lisan melebihi apapun
Tetapi, kini ku pandang jernih
Kau memakan baramu sendiri
Perkataanmu tak relevan dan sepadan
Dan kini, apa yang akan kau buat setelah ruang lawan tercipta dari lidahmu?
Komentar
Tulis komentar baru