Jiwaku bagaikan kelembaban malam di musim kemarau
dengan segala anganku, mengendap menjadi embun di pagi hari
mengembara jiwaku menelusuri segala sudut keresahan hati
terbang melayang jauh dalam hembusan sang bayu
hingga ketika pagi pun merekah, mentari menyinari jiwaku
perjalanan anginku terhenti dan meninggalkan jejak
menempel embun pagi pada helai rerumputan rebah
basah namun tak membasuh lembaran hati yang gersang
membutir kegamangan hati pada lembaran daun talas
goyah oleh hembusan angin pada daun kebimbangan
matahari kian meninggi, hangatnya terasa menyengat
embun pun menguap, kembali jiwaku ke dalam pelukan awan!
Komentar
Tulis komentar baru