suatu ketika aku pernah disini mengeja wangimu bersama semesta yang pasrah kutikam dengan hujaman kerinduan.. lalu aku padatkan segala alasan terkelam tentang ingatan yang membuat kita semakin tenggelam pada sudut sudut mimpi yang menertawakan kita.. menjadi sesuatu yang akan terus kita ingat sebagai apa yang kita namakan awal segalanya..
masih ingatkah kau ketika aku katakan bahwa kelak cinta akan kembali menyapamu dalam kesendirian itu.. memelukmu dan membawamu pada keabadian hati..? Aku tak benar benar mengatakan itu.. bahkan berubah menjadi sesuatu yang gagal kita pikirkan.. aku selalu ada di kegelisahan malam malamku tanpa satupun kata kata yang bisa kujadikan puisi.. sedangkan kamu..? aku tak bisa membaca apapun..
aku terlalu mencintai kegetiran yang membentang di batas batas persembunyianku.. melesapkan rembulan pada langit tenggara, semata mata agar tak kulihat lagi buliran embun di sudut kelopak matamu.. tetapi tetap saja aku dipaksa memunguti satu persatu ingatan tentangmu.. dan akhirnya terkekalkan dalam cinta yang pernah kukenali.. menjadi sebuah penantian yang suatu saat akan aku akhiri dengan manis..
kemarin aku hanya bisa mendengar nyanyian surga yang kau dendangkan bersama serpihan debu yang melekat erat pada anganmu.. aku tak beranggapan bahwa nyanyian itu menjadi jarak diantara kita.. kesedihan hanya menjadi pelengkap nyanyian itu.. yang pekak terdengar bagiku adalah cinta.. yahh.. cinta yang dikemudian hari mencintai semua kepahitan, dan menjadikan dirinya tak berbatas dan tak berakhir..
jika kemarin dan hari ini adalah perjalanan kita menuju arah yang salah.. maka biarkan tangan tangan Tuhan yang meluruskannya.. dan demi setiap tetes hujan yang terselip diantara derai airmata, maka aku bersumpah atas nama kesetiaan yang tak bisa berlari dari bayangannya sendiri.. bahwa jalan yang kita lewati ini tak selalu bisa menawarkan kekecewaan yang sama ketika redupnya tak bisa dikembali hidupkan..
Komentar
Tulis komentar baru