Kayla, kini tatapanmu menjadi batu batu, melarikan retakan, mengalirkan kerikil, pedih.. perih.. aku rasakan ketika kenyataan mengharuskanku berjalan diantaranya.. meskipun tidak pernah menjadi nyata, setidaknya kelak akan terhadirkan..
aku yang tak kuasa untuk berkata-kata lagi, kemudian melengis menangis bersedih dalam renda renda kesepian, mengharap meratapmu yang telah sekian lama pudar, berserak di celah bunga-bunga sekar yang tertunduk dirinai hujan.. menjadi riwayat doa doa..
Aku tidak pernah memahami bagaimana kelak setiap jengkal kecemasan adalah sebuah pemaknaan.. kegetiran kegelisahanku dan kenyataan yang kau benamkan di balik gerimis begitu dekat.. dan aku masih saja mencari-carimu, mengais-ngais memoar.. Menari di setiap penghujan, bersama bayang menikmati kesendirian..
Kayla II
- 1722 dibaca
Komentar
Tulis komentar baru