Lantunan ayat-ayat cinta itu kembali hadir dalam kemarau hatiku yang kian gersang, dua ratus ayat cinta itu menggantikan sembilan puluh delapan harapan yang hanya menjadi kenangan yang kian menyesakkan. Kini seratus dua harapan baru telah menjemputku untuk menjadi wanita yang paling sempurna setelah jubah hitam sempat menyelimutiku saat aku merasa benar-benar rapuh.
Paradoks di dalam hati Iqbal telah begitu mengkristal. Paradoks antara harus berbakti kepada ibu dan perlakuan ibu yang kurang sayang terhadap dirinya yang telah dialami sejak kecil. Entah sejak kapan ia tak menerima rasa kasih sayang dari ibunya, yang jelas semenjak ia ingat hampir setiap hari tak ada hiasan yang ia terima kecuali bentakan ibunya.
Komentar Terbaru