Skip to Content

Kepada Ruang

Foto Salman Imaduddin

kepada ruang ia bertanya. dengan mata yang hampir buta 

mengawasi tembok empat sisi
dalam hati gusar bertanya
manusia mana yang berharap pada dirinya?
di balik tubuh gemetar bertanya
diri yang mana beraharap pada manusia?

ketika tawa lepas seorang anak balita mengiang mengepung ingatan
juga ciuman seorang wanita melekat hangat di bibir keringnya. dan mantra prasangka gagal menolongnya 
siapa yang mampu menerimanya jika ia apa adanya?

seorang lelaki bertubuh kurus berusia kepala tiga. 
kepada ruang ia bertanya. dengan mata yang hampir buta
mengawasi tembok empat sisi
tak kuasa membendung gejolak dusta perbuatannya 

tentang cahaya periang yang melatar belakang punggungnya
kini sirna 
menjelma gelap pekat yang memburu kodrat
tentang seekor burung peliharaan yang lepas dari sangkarnya
berkeliaran terbang di angkasa fana
melintasi bunga-bunga dan hinggap menghisap segala racunnya. lalu tertawa, hanya sementara 
kemudian beristirahat di batu kali. meminum keruh cemaran airnya
dan terpeleset lalu hanyut dalam keterasingan yang dingin 
kematian di depan mata. nafas tersumpal dingin air
dalam gelagap membayangkan, hancur jantungnya 
meninggalkan keluarga di puncak keheningan yang tabu dalam ruang
kenangan menyeruakkan bising dalam dada
ketika tawa lepas seorang anak balita mengiang mengepung ingatan 
juga ciuman seorang wanita melekat hangat di bibir keringnya. mantra prasangka gagal menolongnya
siapa yang mampu menerimanya jika ia apa adanya?

sepintal sesal menggumpal dirasa kini menerus
kepada ruang ia bertanya. dengan mata yang hampir buta 
mengawasi tembok empat sisi. meminta ampun pada segala. ketakutan meredupkan pancarannya
tak kuasa ia membendung gejolak dusta
ketika tawa lepas seorang anak balita mengiang mengepung ingatan
juga ciuman seorang wanita melekat hangat di bibir keringnya.
mantra prasangka gagal menolongnya
dalam hati gusar
di balik tubuh gemetar
manusia mana yang berharap pada dirinya?
diri yang mana beraharap pada ia manusia?
siapa yang mampu menerimanya jika ia apa adanya?
sepintal sesal menggumpal di dada dirasa kini menerus 

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler